- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Laba Bersih Astra Turun 6 Persen, Tekanan Harga Batu Bara Jadi Pemicu
Kredit Foto: Astra Internasional
PT Astra International Tbk (Astra) mencatat penurunan laba bersih sebesar 6 persen menjadi Rp24,7 triliun pada sembilan bulan pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp26,2 triliun. Pelemahan ini terutama disebabkan oleh penurunan harga batu bara global yang menekan kinerja divisi alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi.
Dalam laporan keuangan yang dirilis, Astra melaporkan pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp243,6 triliun atau turun 1 persen dari Rp246,3 triliun pada periode yang sama 2024. Meski demikian, laba bersih Grup tetap mencerminkan resiliensi di tengah tekanan komoditas berkat kontribusi positif dari bisnis jasa keuangan, agribisnis, infrastruktur, dan pertambangan emas.
“Laba Grup selama sembilan bulan pertama tahun 2025 mengalami penurunan terutama disebabkan harga batu bara yang lebih rendah. Kontribusi yang solid dari bisnis-bisnis lainnya turut mendukung resiliensi kinerja Grup,” kata Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan resmi, Minggu (2/11/2025).
Baca Juga: Tiga Pentolan Astra (ASII) Kompak Mengundurkan Diri, Ini Alasannya
Divisi Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi & Energi menjadi penyumbang terbesar penurunan dengan laba bersih Rp7 triliun, turun 26 persen dibandingkan Rp9,6 triliun pada tahun lalu. Penurunan ini terutama terjadi pada lini jasa penambangan dan pertambangan batu bara meskipun penjualan alat berat Komatsu meningkat 10 persen menjadi 3.700 unit.
Sebaliknya, sektor lain menunjukkan peningkatan kinerja. Divisi Jasa Keuangan naik 8 persen menjadi Rp6,7 triliun didorong peningkatan pembiayaan konsumen, sementara divisi Agribisnis melonjak 34 persen menjadi Rp853 miliar seiring kenaikan harga CPO sebesar 14 persen dan peningkatan volume penjualan. Divisi Infrastruktur juga tumbuh 28 persen dengan laba Rp935 miliar karena peningkatan tarif tol dan volume lalu lintas, sedangkan Teknologi Informasimeningkat 20 persen menjadi Rp139 miliar.
Kinerja divisi Otomotif & Mobilitas relatif stabil dengan laba Rp8,8 triliun atau naik 1 persen, meski pasar mobil nasional turun 11 persen menjadi 562 ribu unit. Pangsa pasar mobil Astra turun menjadi 53 persen, sementara pangsa pasar sepeda motor Astra Honda Motor tetap dominan di level 77 persen.
Baca Juga: Astra (ASII) Siap Sebar Dividen Interim Rp3,96 Triliun, Cek Jadwalnya!
Dari sisi struktur keuangan, kas bersih (di luar anak usaha jasa keuangan) meningkat menjadi Rp13,4 triliun dari Rp8 triliun pada akhir 2024, sedangkan utang bersih anak usaha jasa keuangan naik menjadi Rp64,6 triliun. Nilai aset bersih per saham juga naik 6 persen menjadi Rp5.609.
Sebagai langkah korporasi, Astra mengumumkan program pembelian kembali saham (share buyback) senilai maksimal Rp2 triliun yang berlangsung pada 3 November 2025 hingga 30 Januari 2026. Program serupa juga dilakukan anak usahanya, PT United Tractors Tbk, dengan nilai yang sama.
Langkah ini disebut sebagai bentuk kepercayaan manajemen terhadap prospek bisnis dan kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas berkelanjutan di tengah fluktuasi pasar.
“Kami tetap fokus menjaga disiplin keuangan dan keunggulan operasional, serta memanfaatkan kekuatan neraca keuangan kami untuk menangkap peluang pertumbuhan dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham,” ujar Djony.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: