Bonus Demografi Terancam, Struktur Tenaga Kerja Indonesia Tak Siap Hadapi Transformasi Industri
Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menilai Indonesia menghadapi risiko kehilangan momentum bonus demografi akibat struktur tenaga kerja yang timpang dan tidak siap menghadapi transformasi industri. Ketimpangan antar sektor serta minimnya lapangan kerja berkualitas disebut menjadi tantangan serius bagi arah pembangunan nasional.
Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyudi Askar, menjelaskan hasil riset lembaganya menunjukkan mayoritas tenaga kerja Indonesia masih terkonsentrasi di sektor informal dan berpendidikan rendah. Kondisi ini membuat produktivitas nasional stagnan dan daya saing industri tertinggal dari negara-negara tetangga.
“Struktur ketenagakerjaan kita belum berubah signifikan. Lebih dari separuh pekerja masih di sektor informal tanpa jaminan sosial maupun perlindungan kerja. Ini membuat bonus demografi tidak otomatis menjadi berkah,” ujar Media dikutip Senin (10/11/2025).
Baca Juga: CELIOS Soroti Upah Rendah dan Perlindungan Buruk bagi Pekerja Perempuan
Menurutnya, pemerintah belum memiliki strategi komprehensif untuk memastikan tenaga kerja muda dapat terserap di sektor formal yang produktif.
Padahal, puncak bonus demografi Indonesia diperkirakan akan terjadi pada dekade ini, di mana proporsi usia produktif mencapai lebih dari 60 persen dari total populasi.
“Kalau lapangan kerja yang tersedia tetap berkualitas rendah, bonus demografi justru bisa berubah jadi beban ekonomi. Generasi muda berpendidikan tidak mendapat ruang kerja yang sesuai kompetensi,” katanya.
Media menambahkan, perubahan cepat di sektor industri akibat otomatisasi dan digitalisasi juga memperlebar kesenjangan.
Banyak pekerja kehilangan pekerjaan karena tidak memiliki keterampilan baru, sementara kebijakan pelatihan vokasi belum mampu menjembatani kebutuhan industri modern.
“Revolusi industri 4.0 membutuhkan tenaga kerja adaptif dan terampil. Namun, kebijakan pemerintah masih terfokus pada investasi fisik, bukan investasi manusia,” ujarnya.
Baca Juga: CELIOS Ungkap Efek UU Cipta Kerja: Buruh Industri Makin Rentan Tanpa Perlindungan
CELIOS menilai pemerintah perlu mengubah pendekatan pembangunan tenaga kerja dari orientasi kuantitatif ke kualitatif, dengan memperkuat pendidikan vokasi, pelatihan digital, serta reformasi pasar tenaga kerja yang inklusif. Tanpa langkah cepat, Indonesia berisiko terjebak dalam jebakan pendapatan menengah (middle income trap).
“Bonus demografi adalah peluang sekali seumur hidup. Jika kita gagal memanfaatkannya karena struktur tenaga kerja yang lemah, maka akan sulit bagi Indonesia mencapai status negara maju,” tegas Media.
Ia mengingatkan bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa hanya berfokus pada pertumbuhan angka PDB, melainkan juga pada peningkatan kualitas hidup pekerja.
“Pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dimulai dari manusia yang berdaya. Tanpa itu, bonus demografi hanyalah statistik,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri