Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        JPYC: Penerbit Stablecoin Akan Jadi Investor Utama Obligasi Jepang

        JPYC: Penerbit Stablecoin Akan Jadi Investor Utama Obligasi Jepang Kredit Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        CEO JPYC, Noritaka Okabe mengatakan bahwa penerbit stablecoin berpotensi menjadi pembeli utama obligasi pemerintah dari Jepang (JGB). Hal tersebut juga akan memengaruhi kendali kebijakan moneter dari Bank of Japan (BOJ).

        Okabe mengatakan stablecoin berbasis blockchain kini berkembang pesat dan menawarkan transaksi lintas negara yang lebih cepat dan murah. Namun, pasar stablecoin global masih didominasi oleh dolar, sehingga menimbulkan biaya lindung nilai dan transaksi tambahan bagi perusahaan dari Jepang.

        Baca Juga: Pabrikan Otomotif Jepang Catatkan Banyak Kerugian Imbas Beban Tarif Impor ke AS, 'Dampaknya Sangat Parah'

        “Pasar stablecoin saat ini dikuasai dolar, dan itu merugikan perusahaan dari Jepang. Jepang harus memastikan yen memiliki posisi dalam pasar stablecoin global,” ujar Okabe, dilansir dari Reuters, Kamis (13/11).

        JPYC sendiri menghadirkan stablecoin yang sepenuhnya dapat dikonversi ke yen. Ia didukung oleh tabungan domestik dan obligasi pemerintah dari Jepang. Perusahaan berencana menginvestasikan mayoritas dananya pada obligasi dan hanya dua puluh persen dalam simpanan bank.

        Okabe memperkirakan, dengan pertumbuhan cepat stablecoin, penerbit aset digital tersebut dapat menjadi pembeli besar obligasi. Ia akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan bank sentral yang mulai mengurangi pembelian obligasi sejak tahun lalu di Jepang.

        “Ketika bank sentral mengurangi pembelian, penerbit stablecoin bisa menjadi pemegang obligasi terbesar dalam beberapa tahun mendatang,” katanya.

        Ia memperingatkan bahwa meningkatnya kepemilikan obligasi oleh penerbit stablecoin dapat membatasi fleksibilitas kebijakan moneter dari BOJ. Hal itu karena volume pembelian akan tergantung pada permintaan dan penawaran stablecoin.

        “Pemerintah mungkin dapat mengatur jangka waktu obligasi yang dibeli, tapi sulit mengontrol volumenya,” ujarnya.

        “Hal ini akan terjadi di seluruh dunia, dan kita tidak terkecuali," tambahnya.

        Okabe menambahkan, meskipun pihaknya berencana fokus pada pembelian surat utang jangka pendek, pihaknya telah didekati oleh anggota parlemen dan pejabat pemerintah mengenai kemungkinan membeli obligasi berjangka panjang dari Jepang.

        Baca Juga: Persaingan Mobil Ramah Lingkungan Terkini, China si Paling EV, Jepang dan Jerman Mencoba Jadi si Paling Hidrogen

        “Itu sesuatu yang bisa kami pertimbangkan di masa depan,” ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: