Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Komunitas Otomotif Tak Setuju Pemberian Insentif untuk Mobil Listrik yang Harganya di Atas Rp300 Jutaan, 'Mereka Sudah Mampu'

        Komunitas Otomotif Tak Setuju Pemberian Insentif untuk Mobil Listrik yang Harganya di Atas Rp300 Jutaan, 'Mereka Sudah Mampu' Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Perindustrian mendorong pemberian insentif di sektor otomotif mengingat sektor ini perlu diperkuat ekosistem industrinya dari hulu-hilir.

        Insentif tersebut guna mempertahankan utilisasi produksi, melindungi investasi dan pekerja industrinya dari PHK, serta meningkatkan daya saing produk otomotif dalam negeri.

        Menanggapi hal itu, beberapa komunitas otomotif pun menginginkan pemberian insentif tersebut. Founder Xpander Mitsubishi Owners Club (X-MOC) Sonny Eka Putra mengatakan, insentif seharusnya melihat kebutuhan tiap segmen secara spesifik, bukan diberlakukan secara menyeluruh.

        Dukungan fiskal dari pemerintah harusnya menyasar kendaraan untuk kelas menengah ke bawah.

        "Kalau saya ngelihatnya case by case. Ini sebetulnya juga berlaku untuk mobil listrik. Maksudnya insentif itu diperlukan untuk mobil kalangan menengah ke bawah biar tepat sasaran. Kalau yang di segmen atas itu nggak wajib malah," tuturnya.

        Sonny mencontohkan, mobil hybrid yang pada umumnya memiliki harga lebih tinggi, rasanya wajar jika tidak diberi insentif.

        "Mobil hybrid saja sebetulnya harganya biasanya lebih mahal. Baru yang kemarin keluar Veloz harganya di bawah Rp 300 juta. Tapi yang pasti mobil menengah ke atas itu memang jangan sampai ada insentif, karena dianggap mereka (konsumen) mampu membeli," imbuhnya.

        Hal senada juga disampaikan Ketua Dewan Pengawas Calya Sigra Club (Calsic) Ryan Cayo. Ia menilai insentif otomotif tidak semata-mata "diskon" bagi produsen, melainkan stimulus untuk menjaga pergerakan ekosistem otomotif dari hulu ke hilir.

        "Komunitas melihat bahwa wacana insentif, apapun bentuknya, idealnya tidak hanya dilihat sebagai 'diskon' bagi industri, tetapi sebagai stimulus untuk menjaga daya beli masyarakat dan memastikan ekosistem otomotif tetap bergerak," tambahnya.

        Ia menilai kebijakan insentif yang timpang dan tidak pasti justru berimbas ke psikologi pasar. Konsumen memilih menunda keputusan membeli mobil, termasuk di pasar mobil bekas, karena menunggu apakah akan ada insentif baru atau perubahan regulasi.

        "Bahkan termasuk saya di bidang mobil bekas, itu banyak orang yang jadi nunda pembelian. Kalau di mobil bekas kita ada penurunan mungkin sekitar 10-20 persen," ungkap Owner Indigo Auto Yudy Budiman.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ferry Hidayat
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: