Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cerita Mohammad Syafaat Mintaredja dan Empat Tokoh Lain Membangun Warisan Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

        Cerita Mohammad Syafaat Mintaredja dan Empat Tokoh Lain Membangun Warisan Politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan salah satu partai politik tertua di Indonesia yang masih eksis hingga kini. Kelahirannya pada 5 Januari 1973 tidak lepas dari peran penting seorang tokoh bernama Mohammad Syafaat Mintaredja, yang tak hanya menjadi pendiri tetapi juga Ketua Umum pertamanya. 

        Lahir di Bogor pada 17 Februari 1921, Mintaredja, yang akrab disapa Pak Mintar, berasal dari keluarga Muhammadiyah. Ia menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) dan bahkan melanjutkan studi ke Universitas Leiden, Belanda, sebelum akhirnya meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Indonesia.

        Jiwa kepemimpinan dan aktivisme sudah tertanam sejak muda. Ia tercatat sebagai salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Yogyakarta dan bahkan menjadi Ketua Umum kedua organisasi tersebut setelah Lafran Pane. Tak hanya di organisasi keislaman, ia juga aktif dalam Resimen Mahasiswa dan turut serta dalam perjuangan fisik melawan Agresi Militer Belanda serta pemberantasan pemberontakan PKI di Madiun.

        Karir politiknya semakin menanjak ketika ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Ketua Umum Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) pada masa pergolakan internal partai. Di bawah kepemimpinannya, Parmusi berhasil meraih 24 kursi DPR dalam Pemilu 1971, menempatkannya sebagai partai Islam terbesar ketiga setelah Golkar dan Nahdlatul Ulama (NU).

        Kebijakan pemerintah Orde Baru yang ingin menyederhanakan sistem kepartaian mendorong digabungkannya empat partai Islam besar yang ada di DPR ke dalam satu Fraksi Persatuan Pembangunan. Atas prakarsa dan diplomasi politik para pemimpinnya, lahirlah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 5 Januari 1973 melalui proses fusi.

        Mintaredja tidak sendirian. Ia berkolaborasi dengan empat tokoh sentral lainnya yang masing-masing memimpin partai Islam peserta Pemilu 1971:

        • Idham Chalid – Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU)
        • Anwar Tjokroaminoto – Ketua Umum Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
        • Rusli Halil – Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI)
        • Masjkur – Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di Fraksi DPR

        Kelima tokoh inilah yang kemudian dikenal sebagai Deklarator Pendiri PPP. Mereka berhasil mempersatukan kekuatan politik Islam yang semula terpecah ke dalam satu "Rumah Besar Umat Islam" yang awalnya juga disebut Partai Ka'bah.

        Setelah memimpin PPP hingga 1978, karir Mintaredja berlanjut sebagai Menteri Sosial ke-19 dan Duta Besar Indonesia untuk Turki ke-7. Ia meninggalkan warisan politik yang kuat, yang bahkan diharapkan dapat diteruskan oleh generasi penerusnya. Salah satu cicitnya, Alvaro Rafi Syafaat Mintaredja, bahkan disebut-sebut mendapat dukungan dari berbagai pihak di internal PPP untuk suatu hari nanti mengulangi sejarah sang kakek buyut.

        Dari pernikahannya dengan Siti Romlah, Mintaredja memiliki anak, cucu, dan cicit yang sebagian besar berkiprah di luar politik, seperti di birokrasi, dunia usaha, dan profesi lain. Keluarga besar Mintaredja juga diketahui memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan keluarga Presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

        Mohammad Syafaat Mintaredja adalah pendiri PPP serta simbol konsolidasi, negarawan, dan aktivis yang jejaknya membentang dari masa pergerakan kemerdekaan hingga masa pembangunan Orde Baru. Perannya dalam menyatukan empat partai Islam menjadi PPP tidak hanya mengubah lanskap politik Indonesia saat itu, tetapi juga meletakkan dasar bagi representasi politik umat Islam yang lebih solid untuk dekade-dekade berikutnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: