Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Bank Indonesia (BI) kembali mendesak perbankan menurunkan suku bunga kredit lebih cepat setelah mencatat penurunan yang terbatas hanya 24 basis poin (bps) sepanjang 2025 hingga November. Dari posisi 9,20% pada awal tahun, suku bunga kredit perbankan baru turun ke level 8,96% pada November 2025, meski BI-Rate telah dipangkas agresif sejak 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter ke suku bunga kredit masih perlu terus didorong.
“Namun, penurunan suku bunga kredit perbankan cenderung lebih lambat dan karenanya perlu terus didorong, yaitu sebesar 24 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 8,96% pada November 2025,” kata Perry, dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Baca Juga: Bos BI Desak Bank Turunkan Bunga Kredit Lebih Cepat Usai Purbaya Guyur Rp276 triliun
Perry menjelaskan, sejak September 2024 BI telah menurunkan BI-Rate sebesar 150 bps, terdiri atas pemangkasan 25 bps pada September 2024 dan 125 bps sepanjang 2025 hingga berada di level 4,75% pada November 2025. Penurunan suku bunga kebijakan tersebut, menurut dia, telah mulai ditransmisikan ke suku bunga perbankan, terutama pada sisi dana.
“Suku bunga deposito 1 bulan turun sebesar 67 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,14% pada November 2025,” tuturnya.
Meski demikian, Perry menilai penurunan suku bunga dana belum sepenuhnya diikuti oleh penyesuaian yang sepadan pada suku bunga kredit. Oleh karena itu, BI menekankan perlunya percepatan penurunan suku bunga perbankan, seiring pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh serta penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) pemerintah di sistem perbankan.
Untuk memperkuat transmisi tersebut, BI kembali mengoptimalkan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) berbasis kinerja dan berorientasi ke depan. Kebijakan yang berlaku sejak 1 Desember 2025 itu diperkuat kembali pada 16 Desember 2025.
“Guna mempercepat penurunan suku bunga perbankan dengan tetap mendorong penyaluran kredit/pembiayaan ke sektor riil,” ujar Perry.
Baca Juga: Kredit Perbankan Melambat Hanya 7,36% pada Oktober 2025, Bos BI Beberkan Alasannya
Hingga 16 Desember 2025, total insentif KLM yang telah disalurkan mencapai Rp388,1 triliun. Dana tersebut masing-masing dialokasikan kepada kelompok bank badan usaha milik negara (BUMN) sebesar Rp177,1 triliun, bank umum swasta nasional (BUSN) Rp169,5 triliun, bank pembangunan daerah (BPD) Rp34,6 triliun, serta kantor cabang bank asing (KCBA) Rp7,0 triliun.
Perry menambahkan, penguatan KLM dilakukan dengan meningkatkan besaran insentif likuiditas bagi perbankan agar suku bunga kredit dapat turun lebih cepat melalui interest rate channel. Insentif tersebut dinaikkan dari paling tinggi 0,5% menjadi 1,0% dari dana pihak ketiga (DPK).
Sementara itu, insentif likuiditas untuk mendorong penyaluran kredit melalui lending channel tetap dipertahankan pada level yang besar, yakni paling tinggi 4,5% dari DPK.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: