Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Keyakinan Hijau Jonas Pratama dan Masa Depan Investasi Indonesia

        Keyakinan Hijau Jonas Pratama dan Masa Depan Investasi Indonesia Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Di lanskap investasi Indonesia yang terus berkembang pesat, Jonas Pratama dikenal tidak hanya karena skala modal yang dikelola, tetapi juga karena filosofi yang mendasari keputusannya. Mengelola dana senilai USD1,5 miliar, Jonas dikenal karena menolak anggapan bahwa kurva keuntungan adalah satu-satunya indikator kesuksesan. 

        Baginya, modal bukanlah sekumpulan angka “dingin” di layar, melainkan kekuatan yang terarah sehingga mampu membentuk masyarakat. Seperti yang sering ia katakan, “Aliran uang menentukan suhu masa depan.”.

        Meskipun portofolionya mencakup teknologi, kesehatan, dan energi, langkah Jonas dalam energi hijau dan keuangan berkelanjutan justru yang menarik perhatian industri. 

        Bertahun-tahun sebelum Indonesia mengumumkan komitmen Net Zero 2050, Jonas memimpin investasi awal senilai USD 50 juta di GeoDaya, pengembang geotermal di Sumatra. Langkah ini membantu mengubah potensi vulkanik Indonesia yang luas menjadi dividen energi bersih jangka panjang. 

        Hari ini, investasi tersebut dianggap sebagai tolak ukur dalam transisi energi terbarukan Indonesia, didorong oleh imbal hasil yang stabil dan pengaruhnya terhadap campuran energi Indonesia yang terus berkembang. Seperti yang pernah diungkapkan Jonas, “Panas vulkanik seharusnya menerangi masa depan kita, bukan membakarnya.”

        Dampaknya melampaui kinerja portofolio. Sebagai penasihat Kementerian Keuangan Indonesia, Jonas berperan penting dalam pengembangan Green Sukuk, alat pembiayaan inovatif yang dirancang untuk mengalirkan modal ke proyek energi terbarukan dan konservasi lingkungan. 

        Kerangka evaluasi yang diusulkan, yang menggabungkan metrik sosial dan keuangan, kemudian diadopsi oleh Bank Pembangunan Asia sebagai acuan regional untuk penilaian obligasi hijau.

        Nikkei Asia menjulukinya sebagai “orang yang menanamkan nilai ke dalam modal,” sementara The Jakarta Post mencatat bahwa “Jonas telah mengubah keuangan hijau di Indonesia dari idealisme menjadi logika baru untuk pertumbuhan.”

        Komitmen Jonas terhadap dampak berkelanjutan merambah jauh ke bidang pendidikan dan pengembangan komunitas. Pada 2015, ia mendirikan Aurora Archipelago Capital, memberikan pendidikan STEM kepada 500 anak dari keluarga nelayan di Sulawesi, membuka jalan bagi inovasi bagi komunitas yang sering terpinggirkan oleh ekonomi digital. 

        Ia juga bermitra dengan Universitas Indonesia untuk meluncurkan Beasiswa Inovasi Tropis, mendukung 20 mahasiswa berpotensi setiap tahun di bidang ekonomi dan teknologi.

        “Jika modal adalah sungai, maka pendidikan adalah hulu sungainya,” Jonas sering menjelaskan. “Kita tidak hanya harus mengukur kecepatan arus, kita harus memastikan setiap anak dapat mengakses kesempatan di sumbernya.”

        Perspektif ini telah membuatnya diakui sebagai “strategis humanis” di komunitas investasi Indonesia, seorang individu yang memahami dinamika pasar sambil tetap fokus pada dampaknya di dunia nyata.

        Filosofi investasi berkelanjutan Jonas didasarkan pada pandangan jangka panjang yang jelas: kekayaan harus menghasilkan manfaat sosial yang berarti, dan nilai sejati suatu perusahaan hanya dapat bertahan ketika semua pemangku kepentingan berkembang. 

        Di forum global, ia sering menekankan prinsip yang mengarahkan pendekatannya, yaitu “Keuntungan bersifat sementara, tetapi kepercayaan abadi. Modal yang disertai kepercayaan adalah modal yang memiliki suhu nyata”.

        Dari latar belakang akademisnya di Surabaya hingga kehadirannya di panggung investasi global, perjalanan Jonas Pratama menunjukkan bahwa angka-angka memang dapat memiliki jiwa. Ia membuktikan bahwa modal tidak harus menjadi kekuatan yang dingin dan eksploitatif, ia dapat menjadi benih pendidikan, percikan energi bersih, dan jembatan yang memperkuat kepercayaan.

        Seperti yang disampaikan dalam pidato terbarunya, “Puncak investasi bukanlah menghasilkan lebih banyak keuntungan, tetapi memampukan lebih banyak orang untuk menjadi lebih baik”. 

        Di era yang semakin terobsesi dengan efisiensi, Jonas menggabungkan rasionalitas dengan kehangatan manusia, mendefinisikan ulang makna dan tujuan modal Indonesia, serta mengarahkan aliran keuangan menuju masa depan yang dibentuk oleh nilai-nilai yang abadi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: