Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengincar Potensi Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Jakarta - Kereta api cepat Jakarta-Bandung akan beroperasi pada semester I-2019. Proyek bersama konsorsium BUMN dengan perusahaan asal Tiongkok ini akan mengangkut 30.000 penumpang setiap harinya.

        Indonesia membutuhkan moda transportasi massal yang memadai untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat. Moda transportasi kereta api menjadi salah satu prioritas yang dikembangkan saat ini karena lebih efektif sebagai transportasi massal baik jarak dekat maupun jarak jauh. Apalagi dengan kelebihannya dalam hal kecepatan dan ongkos.

        Lima tahun ke depan pemerintah berencana membangun jalur kereta api di empat pulau selain Jawa, yang kemudian disebut sebagai Trans Sumatera, Trans Kalimantan, Trans Sulawesi, dan Trans Papua. Proyek jalur kereta api sepanjang hampir 3.000 km itu diperkirakan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp105,6 triliun. Pembangunan jalur kereta api itu dilakukan dalam rangka pemerataan pembangunan dan penataan? transportasi guna meningkatkan daya saing pulau-pulau tersebut.

        Kereta api merupakan angkutan dengan kapasitas terbanyak setara dengan kapal laut, tetapi konsumsi bahan bakar minyak (BBM)-nya lebih hemat. Sebagai perbandingan,? untuk mengangkut 1.500 penumpang, per kilometernya kereta api hanya membutuhkan 3 liter BBM, sedangkan kapal laut butuh 10 liter.

        Pemerintah menggelar proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Kereta api cepat memang merupakan moda transportasi yang sudah dikembangkan oleh banyak negara. Sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara juga sudah menggunakan kereta api cepat untuk menghubungkan tempat tujuan yang satu dengan tempat tujuan yang lain. Pemerintah menunjuk sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menggarap proyek ini. Presiden Joko Widodo pada 6 Oktober 2015 telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

        Dalam menggarap proyek ini, kerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok dilakukan. PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) bersama China Railway International Co Ltd menandatangani kerja sama untuk menggarap proyek ini. PSBI merupakan konsorsium empat BUMN yakni Wijaya Karya (WIKA), Kereta Api Indonesia (KAI), Jasa Marga, dan PTPN VIII.

        Ketua PSBI Sahala Lumban Gaol mengatakan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung ini akan menelan biaya US$5,5 triliun. Proyek tersebut akan dimulai November tahun ini dan ditargetkan selesai dalam tiga tahun. "Proyek ditargetkan selesai tahun 2018 dan akan beroperasi semester pertama tahun 2019," kata Sahala.

        Sahala mengungkapkan pembangunan transportasi dan perkeretaapian di Indonesia telah memasuki episode baru. Pembangunan infrastruktur tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi dapat juga dilakukan dengan pendekatan business to business (B2B), di antaranya oleh BUMN.

        Skema seperti ini diharapkan dapat dikembangkan untuk proyek infrastruktur lain seperti jalan tol dan lain-lain. Dengan skema pembangunan infrastruktur tersebut maka pembangunan tidak perlu lagi ditunda karena persoalan pendanaan. "Pembangunan Indonesia tidak perlu lagi menunggu karena Indonesia ingin bertumbuh," kata Sahala.

        Direktur Utama KAI Edi Sukmoro menegaskan bahwa proyek ini tidak akan menggunakan APBN. Dia menjelaskan kerja sama tersebut benar-benar melibatkan kedua perusahaan, di mana perusahaan Tiongkok memiliki 40% saham dan konsorsium BUMN Indonesia menguasai 60% saham. Dari total biaya sebesar US$5,5 triliun, sebanyak 75% berasal dari pinjaman China Development Bank, sementara yang 25% merupakan penyertaan aset empat BUMN, masing-masing 38% dari WIKA, 25% dari KAI, 25% dari PTPN VIII, dan 12% dari Jasa Marga.

        Edi meyakini proyek tersebut akan berjalan sesuai rencana. Itu pula yang menjadi alasan mengapa pemerintah akhirnya memutuskan memilih Tiongkok daripada Jepang dalam proyek tersebut. Pasalnya, Tiongkok tidak membutuhkan jaminan dari pemerintah, karena menjalin kerja sama dengan basis B2B.

        Direktur Utama PT Wijaya Karya Bintang Perbowo menambahkan kerja sama juga dalam bentuk tenaga kerja. Proyek tersebut akan melibatkan 59% tenaga sipil berasal dari Indonesia dan 41% tenaga engineering dari luar negeri. Harapannya, kerja sama tersebut menjadi media transfer teknologi dan sumber daya.

        Multiplier Effect

        Ada banyak keuntungan yang diperoleh setelah kereta cepat dioperasikan, seperti mengubah industri di wilayah yang dilintasi, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah sekitar perlintasan, mempermudah dan mengubah pola kerja dan pola pikir masyarakat, meningkatkan intensitas perjalanan, dan menyediakan lapangan kerja besar dengan benefit yang lebih besar.

        Sahala mengungkapkan tujuan terbesar pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung adalah untuk membangun daerah sepanjang jalur kereta api cepat. Salah satu daerah yang ingin dikembangkan adalah Walini, di wilayah PTPN VIII. Itulah salah satu alasan konsorsium ini melibatkan PTPN VIII. "Proyek ini bukan sekadar membangun kereta api cepat, tetapi lebih dari itu, untuk mengembangkan sepanjang wilayah yang dilalui kereta cepat," ujarnya.

        Pembangunan kereta cepat juga akan dibarengi dengan pembangunan beberapa stasiun di sepanjang jalan kereta api (railway). Stasiun-stasiun itu nantinya akan menjadi denyut yang akan menggerakkan ekonomi wilayah sekitarnya. Sepanjang perlintasan kereta setidaknya akan dibangun empat stasiun yakni di Manggarai, Karawang, Walini, dan Gede Bage. "Rencananya akan dibangun delapan stasiun, tetapi untuk tahap awal hanya empat stasiun, karena memang pada saat kereta cepat itu berjalan membutuhkan waktu untuk mencapai kecepatan maksimal," jelas Edi.

        Dari sisi moda transportasi kereta api Jakarta-Bandung, menurut Edi, dengan adanya kereta cepat ini maka akan ada dua hal yang terjadi. Pertama, masyarakat punya pilihan untuk menggunakan kereta cepat bagi mereka yang membutuhkan, atau tetap menggunakan kereta Argo Parahyangan (Gopar) bagi mereka yang ingin perjalanan yang tidak terlalu cepat. Kedua, kereta api tersebut dapat diprioritaskan untuk angkutan barang dari Tanjung Priok ke Gede Bage. Dengan demikian, angkutan barang berupa kontainer dan barang dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya tidak perlu lagi melalui tol sehingga dapat mengurangi kemacetan.

        Kereta api cepat ini, kata Edi, nantinya akan memiliki kecepatan lebih dari 200 kilometer per jam. Dengan kecepatan tersebut, Jakarta-Bandung bisa ditempuh hanya dalam waktu kurang lebih 30 menit. Selama ini, lanjut Edi, kereta api Jakarta-Bandung Gopar dalam satu hari melakukan 16 kali perjalanan dengan melayani kurang lebih 5.000 penumpang. Sementara itu, berdasarkan studi, ada 30.000 orang yang melakukan perjalanan Jakarta-Bandung. Dengan adanya kereta cepat itu nantinya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat tersebut.

        Asumsi kecenderungan masyarakat untuk memilih fasilitas yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhannya, salah satunya dengan memilih kereta api cepat, bisa jadi benar. Jika dilihat dari perkembangan jumlah penumpang di Indonesia, pada dua tahun terakhir terjadi peningkatan cukup signifikan pada penumpang kelas eksekutif yakni sebesar 10,90% dibandingkan kelas bisnis yang hanya meningkat 4,70%. Namun, peningkatan terbesar memang pada penumpang kelas ekonomi yakni mencapai 28,90%.

        Berdasarkan proyeksi jumlah penumpang, di tahun-tahun berikutnya akan terus terjadi peningkatan pada kelas eksekutif. Pada tiga tahun ke depan diproyeksikan terjadi peningkatan penumpang kelas eksekutif sebesar 1,1%, kemudian 3,6%, dan 11,85%. Sementara itu, kelas bisnis dan ekonomi diproyeksikan akan mengalami penurunan. Hal itu menunjukkan bahwa penumpang lebih mementingkan kenyamanan daripada harga tiket. Maka, jika ada kereta cepat, meski dengan harga tiket yang lebih mahal,? diperkirakan akan tetap menjadi pilihan.

        Jakarta-Bandung Region

        Pandangan berbeda diungkapkan oleh pengamat urban planning, Hendricus Andy Simarmata. Menurut dia, pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung itu memang dibutuhkan untuk perkembangan wilayah ini, yang biasa disebut sebagai Jakarta-Bandung Region. Fenomena perkotaan atau perkotaan wilayah Jakarta-Bandung, ujarnya, sudah diamati sejak 10 hingga 15 tahun yang lalu. Fase makin meng-kota-nya Jakarta-Bandung ditandai dengan pembangunan Jalan Cipularang. Fenomena seperti itu telah banyak terjadi di luar negeri.

        Menyikapi fenomena demikian, menurut Andy, yang perlu dicermati adalah bagaimana agar perkembangan tersebut bermanfaat bagi masyarakat. Untuk itu, dalam pembangunan kereta api cepat ini, penting untuk membangun pula titik-titik transit yang kemudian harus diintegrasikan dengan transportasi lokal di kota yang akan dibangun.

        Sayangnya, yang sering menjadi persoalan adalah lambatnya mengantisipasi pergerakan bisnis. Perencana kota melihat produk rencana kota lebih lambat dibandingkan kecepatan teknologi atau bisnis riil. Oleh karena itu, tahun ini menjadi momentum yang tepat direvisinya tata ruang kawasan metropolitan Jabodetabek dan Bandung. Ada baiknya pemerintah memikirkan strategi ketika Jakarta-Bandung Region akan segera terwujud. "Tetapi, jangan sampai kemudian kawasan yang dikembangkan menjadi tidak terkontrol, terutama kawasan yang memang diperuntukkan untuk fungsi lindung, kawasan resapan air, kawasan rawan bencana, dan seterusnya," ujar Andy.

        Lebih lanjut Andy mengatakan, dalam 10 tahun lagi kelas menengah sudah bertambah banyak. Pada 2020 akan ada 80 juta jiwa kelas menengah. Untuk Jakarta-Bandung Region sendiri akan mencapai 30 juta jiwa. Budaya kelas menengah sudah lebih modern, seperti tinggal di apartemen dan menuntut kenyamanan untuk tinggal di kota.

        Sumber: Majalah Warta Ekonomi Edisi 20

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Agus Aryanto
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: