Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hadapi MEA, Presiden Jokowi Harus Kawinkan Tiga Sektor Ini

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Jakarta - Persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah dimulai pada tahun 2016 ini dan Indonesia sedikit diuntungkan dalam kompetisi antar-negara Asia Tenggara ini karena memiliki?jumlah sumber daya yang besar, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

        Ketua Umum Perhimpunan Alumni Malaysia (PAM) Sabela Gayo mengatakan sumber daya itu dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia di mata negara-negara ASEAN. Karena itu, tegasnya, pemerintah harus punya formula khusus menghadapinya sebab jika tidak maka Indonesia hanya menjadi sebatas peserta saja dan buka aktor utama dalam persaingan MEA ini.

        "Tidak bisa dipungkiri, posisi Indonesia sangat strategis. Jumlah sumber daya kita sangat besar, baik manusia maupun alamnya, dan ini bisa menjadi daya tawar kita kepada mereka (ASEAN)," katanya?dalam acara Exhibition on Education, Health, Investment, and Tourism, Indonesia-Malaysia, Symposium on Southeast Asia Studies yang digelar di Universitas Trilogi, Jakarta, Rabu (9/3/2016).

        Agar sumber daya itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal, menurut Sabela, pemerintah harus memperhatikan sektor pendidikan, sektor riset, dan sektor bisnis-tenaga kerja. Ia mengatakan bahwa selama ini ketiga sektor tersebut seperti berjalan dengan sendiri-sendiri sehingga tidak heran apabila ada adagium yang mengatakan ada jurang antara dunia pendidikan dengan dunia bisnis.

        "Untuk menjembatani dunia pendidikan dan dunia bisnis-tenaga kerja maka sektor riset dapat dipilih. Dunia riset tentu saja berkaitan dengan dunia pendidikan. Hasil riset dari dunia pendidikan tentu saja sangat berguna ?dengan dunia bisnis-tenaga kerja. Kerja sama ketiga sektor itu dipastikan dapat menjadi strategi pemerintah dalam menghadapi MEA," ujarnya.

        Selama ini, ditambahkannya, Indonesia terkesan hanya menjadi market atau pasar bagi produk-produk negara laon. Ia menyampaikan bahwa berbagai produk anyar asing dapat dilihat denga cepat di pasar domestik, baik itu seperti ponsel, motor, mobil, dan lainnya.

        "Bahkan, beberapa produk unggulan asing menjadi Indonesia sebagai pasar utamanya. Itu bisa mereka melakukan launching di Indonesia," tuturnya.

        Padahal, katanya, dengan jumlah sumber daya yang cukup besar maka sejatinya Indonesia bisa menjadi produsen dan bukan hanya menjadi pasar bagi negara lain.

        "Nah, paradigma ini harus diubah oleh pemerintah saat ini jika ingin Indonesia memiliki daya saing tinggi. Pilihannya hanya dua, jadi penonton atau aktor dalam MEA. Untuk mewujudkan rencana itu, pemerintah dapat bekerja dengan kelompok masyarakat professional, pakar-pakar riset asal Indonesia yang saat ini banyak tersebar di sejumlah negara, dosen-dosen asal Indonesia yang mengajar disejumlah kampus di luar negeri, dan persatuan alumni pelajar Indonesia yang mengenyam pendidikan di luar negeri," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cahyo Prayogo
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: