WE Online, Jakarta - Persoalan biaya pendidikan yang mahal banyak memaksa orang di Indonesia untuk menghentikan sekolahnya. Sementara itu, sebagian orang lain dituntut bekerja terlebih dahulu agar bisa mengenyam pendidikan di tingkat lebih tinggi.
Salah satu tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia yang bekerja di Malaysia, Juwita Vesa, mengatakan dirinya terpaksa bekerja hingga ke luar negeri agar bisa melanjutkan kuliah. Ia mengatakan pilihannya bekerja di Malaysia adalah karena penghasilan yang didapatkan di negeri Melayu tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh dari bekerja di Tanah Air.
"Saya bisa dibilang terpaksa bekerja ke luar negeri karena demi mengejar cita-cita. Selama bekerja di luar negeri gaji saya kumpulkan buat masuk universitas. Kan, bagus itu kuliah pakai uang hasil kerja sendiri," kata Juwita kepada Warta Ekonomi melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meski demikian, ia mengatakan perjuangan untuk mengumpulkan modal pendidikan selama bekerja di Malaysia tidak semudah yang dibayangkan. Ia mengakui gaji yang diterima setiap bulan lebih besar, tetapi ia masih harus menyisihkan penghasilan tersebut buat dikirim ke orang tuanya di Tanah Air.
"Tiap bulan saya masih harus kirim uang ke Indonesia, ke orang tua saya. Saya juga masih punya adik-adik yang perlu biaya buat sekolah," ujarnya.
Juwita menjelaskan bekerja di negeri orang lain yang jauh dari keluarga menjadi tantangan tersendiri baginya. Apalagi, imbuhnya, keterampilan kerja yang ia miliki terbatas sehingga kerap melakukan kesalahan kerja yang membuat atasan marah.
"Kerja saya bersih-bersih rumah sama bantu-bantu di kedai makan. Selama satu setengah tahun bekerja di Malaysia saya sering kena marah sama bos. Tapi, alhamdulillah sekarang saya sudah banyak belajar jadi bekerja bisa lebih menikmati," jelasnya.
Hal serupa dialami oleh tenaga kerja Indonesia (TKI) Nur Aidy Dores yang bekerja di Kuala Lumpur, Malaysia, sebagai supir taksi. Ia mengatakan alasan dirinya bekerja di Malaysia demi mendapatkan penghasilan lebih besar buat membiayai pendidikan anak-anaknya di Indonesia.
"Aku kerja di Kuala Lumpur, Malaysia, sebagai supir taksi. Setiap hari bawa taksi di Kuala Lumpur, Malaysia, di bawah naungan PT atau Serikat Sunlight Taxi Sdn Bhd. Kalau kerja di Malaysia bisa kumpulkan uang karena kerja di Indonesia ekonomi kurang bagus dan penumpang sedikit, sedangkan di Malaysia penumpang banyak dan ekonomi oke. Ringgit kalau tukar ke rupiah jadi banyak. Jadi, bisa kirim uang buat sekolah anak," jelasnya.
Kirim Uang ke Indonesia
Nur Aidy mengatakan bahwa pada masa-masa awal bekerja di Malaysia ia kerap kesulitan buat mengirim uang ke Indonesia karena dirinya belum terlalu paham dengan industri keuangan seperti perbankan dan operator pengiriman uang. Ia menyampaikan dirinya selalu mengirim uang lewat jalur informal seperti menitip uang ke teman atau membawa sendiri ke Indonesia.
Setelah semakin lama bekerja di Malaysia, ia mulai menemukan kesulitan buat mengirim uang lewat jalur informal apalagi jika anaknya di rumah butuh biaya buat sekolah dan tidak ada orang yang dikenal pulang ke Indonesia.
"Saat itu saya mulai kirim uang ke Indonesia lewat bank. Terus saya mulai pakai Western Union," jelasnya.
Tenaga kerja asal Indonesia lain, Samiko Purdianto, menyebutkan dirinya juga kerap mengirim uang ke Indonesia buat membiayai pendidikan anaknya. Ia menjelaskan hal tersebut membuat jasa pengiriman uang menjadi penting karena kalau sampai ada masalah jaringan atau hari libur maka anaknya di kampung halaman mesti meminjam uang ke tetangga buat memenuhi kebutuhan pendidikannya.
"Kalau anak minta uang mendadak agak repot karena kalau hari Sabtu dan Minggu itu tutup jadi harus menunggu sampai hari Senin. Kalau butuh uang sekali, anak terpaksa pinjam dulu ke tetangga di kampung. Nanti aku kirim buat ganti utang ke tetangga yang dipinjam," jelasnya.
Beruntung, katanya, kiriman uang lewat Western Union bisa diambil di kantor pos di dekat rumah sehingga anaknya tidak perlu jalan jauh ke kota buat mendatangi bank. Pria asal Boja, Kendal, Jawa Tengah, ini mengatakan hal tersebut sangat membantu karena anaknya tinggal bersama sang kakek dan nenek yang sudah cukup berumur.
"Anak sama bapak dan ibu saya ada di Indonesia. Tiap anak saya minta uang, saya kirim. Anak saya butuh buat keperluan sekolah dan makan orang tua saya. Saya kirim lewat Western Union. Untung, karena mengambilnya di kantor pos dekat rumah jadi jalan kaki saja sampai. Maklum, bapak dan ibu sudah pensiun," tuturnya.
Pria yang bekerja di perusahaan Green Sky Sdn Bhd ini menyampaikan bahwa dalam satu bulan ia bisa mengirim uang sampai dua atau tiga kali.
"Kirim uang selama satu bulan kadang kirim dua kali, kadang tiga kali. Tidak tentu kirim tiap bulan berapa kali. Nilai uang yang dikirim juga tidak tentu kadang tiap kirim bisa tiga juta, tapi kadang cuma dua juta. Malah pernah saya kirim sepuluh juga, tergantung kebutuhan di rumah," pungkasnya.
Mendukung TKI
Terkait hal tersebut, PT Western Union Indonesia (Western Union) menyatakan komitmen buat mendukung TKI guna membawa perubahan untuk kebaikan bagi masyarakat Indonesia. Bentuk dukungan tersebut adalah dengan ketersediaan layanan lebih dari 21 agen lokal di lebih dari 20.000 lokasi agen yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Senior Vice President Western Union untuk Asia Tenggara dan Oceania Patricia Riingen mengatakan pihaknya memahami peran penting dari para TKI dalam menyokong kesejahteraan keluarga dan kontribusi pada perekonomian nasional.
"Untuk memastikan keberhasilan dari pertumbuhan ini, Indonesia membutuhkan penyedia layanan yang terpercaya dengan jaringan yang dapat diandalkan. Western Union yang terdepan dalam jasa pembayaran transfer uang tunai memiliki kemampuan untuk mempertahankan komitmennya dalam membawa perubahan yang lebih baik bagi Indonesia dengan membantu TKI beserta keluarganya dalam memperbaiki taraf hidupnya," jelasnya dalam keterangan pers.
Ia menambahkan Western Union berupaya untuk terus menjadi bagian dari perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik dengan cara mendukung para TKI di luar negeri.
"Dengan TKI sebagai bagian dari basis utama pelanggan kami, Western Union berada pada posisi untuk membawa perubahan untuk kebaikan," tegasnya.
Sementara itu, Country Director Western Union Indonesia Vijay Raj Poduval menjelaskan bahwa selama 20 tahun memberikan layanan di Indonesia, Western Union berkomitmen untuk berkontribusi pada pemberdayaan TKI seiring dengan perkembangan kebutuhan pelanggan dan arahan regulasi.
"Kami telah berkomitmen untuk memfasilitasi pemberdayaan TKI dan keluarganya. Kami akan terus melakukan upaya advokasi terkait membangkitkan kesadaran tentang pentingnya peningkatan wawasan dan kemampuan TKI dan mendorong kesejahteraan mereka sebagai salah satu fokus bisnis. Kami di sini untuk membawa perubahan untuk kebaikan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo