Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kayak Udah Diprediksi, Bentrok TKI vs TKA China Mirip Perusahaan di Amerika

Kayak Udah Diprediksi, Bentrok TKI vs TKA China Mirip Perusahaan di Amerika Kredit Foto: PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bentrok antara tenaga kerja asing (TKA) China dan tenaga kerja Indonesia (TKI) di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) menyebabkan dua pekerja tewas. Bentrokan bermula dari tuntutan yang tidak dipenuhi manajemen. 

Pegiat media sosial, Denny Siregar, menilai aksi mengerikan di PT GNI tersebut familiar dengan situasi perusahaan di Amerika Serikat. Ini terjadi ketika adanya dua perbedaan budaya yang kontras. 

Baca Juga: Beber 'Tumpukan' Alasan di Balik Bentrok di PT GNI, JATAM Sampaikan Permohonan ke Jokowi dan Kapolri

"Kasus bentrokan di perusahaan peleburan nikel PT GNI mirip-mirip dengan film American Factory. Ada dua kekuatan besar antara TKI dan TKA China, TKI mencoba memaksakan kultur Indonesia di perushaan China, yang lebih mengutamakan produktivitas dan efisiensi perushaan, dan ini terjadinya di level pekerja bawah," kata Denny, seperti dikutip Warta Ekonomi.

Denny menjelaskan, film American Factory yang diproduksi mantan Presiden AS Barack Obama menggambarkan situasi perusahaan AS bangkrut dan diakuisisi perusahaan China

"Apa budaya China yang dibawa ke dalam perusahaan Amerika itu? Ya jelas, budaya kerja keras," ujarnya.

Film itu, jelas Denny, menggambarkan betapa bedanya budaya kerja antara bangsa AS dan bangsa China. Orang-orang China kerjanya keras, sedangkan yang asli AS kerjanya santai. 

"Tenaga kerja Amerika banyak banget tuntutannya mulai dari jmam makan siang, jam istirahat, jam rokok, dan lainnya, itu di luar tuntutan mereka soal kesejahteraan, kehamilan, dan libur," papar dia.

"Sementara tenaga kerja China tidak pernah menuntut ini itu. Seorang tenaga kerja China bisa mnyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan tiga orang tenaga kerja AS," lanjutnya.

Budaya lainnya, kata Denny, perusahaan dari China lebih senang membawa tenaga kerja dari negara sendiri daripada mempekerjakan tenaga kerja dari negara lain, itu berlaku juga bukan hanya dari level manager juga level bawah.

Hal ini tentu membuat banyak tenaga kerja dari AS cemburu berat, karena perusahaan China memprioritaskan tenaga kerja negara mereka dari pada tenaga kerja AS sehingga terjadi bentrokan antara tenaga kerja China dengan AS dalam bentrokan keras perbedaan budaya perusahaan.

Sementara itu, Denny mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menutup keran ekspor bijih mentah nikel, banyak asing yang akan berinvestasi. Ia pun mengaitkan perbedaan kultur yang ada tersebut ke dalam situasi yang dihadapi Indonesia sekarang.

"Perusahaan china melihat produktivitas TKI rendah, mereka akhirnya memasukkan TKA china untuk meningkatkan produktivitas perusahaannya," imbuh Denny.

Di satu sisi, indonesia butuh investasi asing untuk membangun Indonesia apalagi soal pengelolaan tambang, karena kita tertinggal jauh soal teknologi dengan negara lain.

"Sebagian besar hanya China yang mampu memenuhi tuntutan Jokowi yang membangun smelter di sini, negara Eropa bukan membangun smelter tetapi mereka sibuk menuntut Indonesia di WTO," kata dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: