WE Online, Jakarta - Persaingan di kancah global sesungguhnya sudah dimulai PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia sejak 2004 silam dengan memperkenalkan Kijang Innova sebagai model global.
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) percaya kehadiran pasar tunggal ASEAN akan semakin menggemukkan pasar otomotif Indonesia. Kondisi ini pada kenyataannya memang tak hanya berlaku buat Indonesia saja, tetapi bagi seluruh negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Masing-masing negara di Asia Tenggara akan tumbuh bervariasi akibat adanya penggabungan pasar tunggal ASEAN.
Oleh karena itu, tidak perlu ada yang dikhawatirkan dari keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jauh sebelum MEA, TMMIN telah lebih dulu memasuki persaingan industri otomotif secara global pada 2004 silam. Melalui Kijang Innova sebagai model global yang menjadi produk andalan TMMIN saat itu.
"Namun, kami melihat dengan adanya MEA, pasar akan menjadi semakin besar, bisa mencapai US$2,5 miliar. Itu sekitar 2,5 kali dari GDP Indonesia," kata Direktur TMMIN Bob Azam.
Dengan 40% dari total pasar otomotif ada di Indonesia, sewajarnya Indonesia yang paling banyak mendapatkan manfaat dengan diberlakukannya MEA, dengan catatan, Indonesia sudah menyiapkan industrinya dengan baik. MEA memberikan peluang tersendiri bagi Indonesia untuk tak hanya mengisi pasarnya sendiri, tetapi juga turut mengisi pasar luar negeri alias melakukan ekspor produk dari segala sektor industri termasuk otomotif.
"Kita harus melihat MEA dengan optimis karena Indonesia memiliki potensi yang besar. Ditambah juga pasar tenaga kerja yang banyak diisi oleh kalangan usia produktif. Kalau kita lihat negara di kawasan ASEAN yang tenaga kerjanya masih terjaga adalah Indonesia, karena Thailand, Singapura, Brunei, dan Malaysia belakangan sudah mulai menurun karena memasuki aging population," kata Bob.
Angkatan kerja usia produktif saingan Indonesia, menurut Bob, berasal dari Vietnam, Kamboja, dan Myanmar. Namun di balik daya saing tenaga kerja usia produktif yang cukup tinggi, Indonesia harus memperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut agar benar-benar bisa memenangkan persaingan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
"Karenanya, kita harus bisa mengembangkan SDM sebagai salah satu keunggulan. Pasar kita besar, sumber daya manusia kita punya, sumber daya alam juga kita tidak kekurangan. Nah, tinggal pintar-pintar bagaimana kita memanfaatkan SDM yang ada untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki Indonesia," tegasnya.
Dengan kata lain, salah satu tantangan yang ada saat ini adalah mempersiapkan tenaga kerja profesional. Contohnya dengan diadakan sertifikasi standar kompetensi untuk menjamin bahwa SDM kita sudah sesuai standar yang ditetapkan, yang ada di beberapa sektor industri, termasuk sektor industri otomotif. Beruntung, soal yang satu ini sudah disadari penuh oleh pemerintah, dengan mengembangkan standardisasi kompetensi untuk tenaga kerja Indonesia supaya bisa masuk ke pasar tenaga kerja di negara lain, termasuk juga mengisi pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia.
"Indonesia harus punya standar kompetensi. Menurut saya, pemerintah Indonesia telah melakukan upaya yang tepat, tinggal akselerasinya saja, atau bagaimana mempercepat itu semua, karena kompetisi kita saat ini adalah di kecepatan. Siapa yang cepat maka dia yang unggul," kata Bob.
Adanya MEA jangan sampai membuat masyarakat Indonesia menjadi pesimistis. MEA justru memberi peluang bagi Indonesia untuk tumbuh lebih cepat lagi. Bahkan, ke depannya, Indonesia harus bekerja sama dengan sesama negara anggota ASEAN lainnya guna menghadapi kawasan ekonomi lain, seperti Tiongkok dan Amerika Latin.
Penulis: Ahmad Syaikhon
Sumber: Majalah Warta Ekonomi Edisi 06/2016
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement