Nigeria merilis angka pertumbuhan kuartal pada Rabu (31/8/2016) yang menunjukkan bahwa ekonomi negara tersebut sedang tergelincir ke dalam resesi.
Mengutip BBC di Jakarta, Kamis (1/9/2016), angka pertumbuhan terbaru menunjukkan ekonomi berkontraksi sebesar 2,06 persen pada periode antara April dan Juni yang menandai penurunan selama dua kuartal berturut-turut.
Ekonomi terbesar Afrika tersebut mendapat pukulan berat oleh anjloknya harga minyak dunia yang semakin diperparah oleh serangan-serangan militan terhadap pipa saluran di kawasan penghasil minyak Niger Delta yang menurunkan produksi menjadi sekitar 1,5 juta barel per hari dari sekitar 2,2 juta per barel. Minyak adalah ekspor utama Nigeria yang berkontribusi sebesar 70 persen dari pendapatan pemerintah.
Kelebihan pasokan minyak global telah menekan harga minyak mentah dari level tertinggi di atas US$ 100 per barrel pada tahun 2012 ke posisi terendah dalam 12 tahun di saat ini, di bawah US$ 50 per barel.
Di luar industri minyak, mata uang Nigeria juga semakin memperburuk ekonomi. Pada Juni lalu, bank sentral membiarkan mata uang naira mengambang, yang menyebabkan nilai naira turun 30 persen terhadap dolar. Namun kebijakan tersebut merupakan upaya yang mungkin bisa menyelamatkan Nigeria yang ekonominya tergantung pada minyak.
Masalah lainnya bagi Nigeria adalah langkanya valuta asing, yang artinya kelangkaan bahan-bahan mentah impor untuk pabrik dan barang-barang konsumen untuk toko-toko yang memicu terjadinya inflasi.
Sementara itu, Afrika Selatan, dengan perekonomian yang paling stabil dan kuat di benua Afrika, juga mengalami pertumbuhan yang melamban berkisar 1,2 persen dalam kuartal pertama, sementara pertumbuhan populasinya lebih cepat dibandingkan ekonominya. Pemerintah Afrika Selatan diperkirakan akan merilis angka pertumbuhan kuartal keduanya Minggu depan.
Afrika Selatan dan Nigeria merupakan dua ekonomi terbesar Afrika. Kedua negara tersebut sering dianggap bersaing, dan dalam beberapa tahun terakhir keduanya menikmati posisi ekonomi teratas. Baru-baru ini, Nigeria kehilangan posisi itu dari Afrika Selatan. Namun, banyak investor global mengangap kedua negara tersebut sebagai bagian dari paket yang sama.
Afrika Selatan dan Nigeria dinilai saling menopang dalam perekonomian sub-Sahara. Jika salah satu salah dalam bertindak maka yang lainnya akan mengalami dampaknya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement