Industri kertas cukup potensial untuk dikembangkan. Pada tahun 2014 pertumbuhan industri kertas di Indonesia mencapai 6,15%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06%. Industri kertas mampu menyerap tenaga kerja sekitar 100 ribu orang di tahun 2013. Perkembangan industri kertas dalam negeri yang cukup kuat dirasakan mampu menunjang ekspor nonmigas Indonesia.
Kontribusi industri kertas terhadap ekspor nonmigas tahun 2015 mencapai 2,7%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya di mana pangsa ekspor kertas mencapai 2,6% terhadap total ekspor nonmigas. Prospek industri kertas masih sangat tinggi. Pada tahun 2017, Kementerian Perindustrian menyatakan akan terjadi penambahan kapsitas produksi hingga mencapai tiga juta ton.
Sejalan dengan hal tersebut, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) memperkirakan akan terjadi peningkatan utilisasi industri pulp dan kertas sebesar satu hingga dua persen di tahun 2016.
Total impor kertas di pasar dunia tahun 2015 mencapai US$156 miliar. Secara umum, impor kertas dunia cenderung mengalami penurunan tiap tahunnya sebesar 3,4% selama 2011-2015. Permintaan impor tertinggi terutama berasal dari Amerika Serikat (pangsa 10,7%); Jerman (pangsa 7,9%); Inggris (pangsa 5,3%); dan Perancis (pangsa 5,1%).
Sejalan dengan kondisi impor secara umum, permintaan dari masing-masing negara cenderung negatif atau selalu mengalami penurunan setiap tahunnya. Dari 15 negara importir utama, hanya Amerika Serikat, Meksiko, dan India yang masih mencatatkan tren impor positif yakni masing-masing sebesar 0,1%; 2,8%; dan 1,2% per tahun selama 2011-2015. Pangsa pasar kertas Amerika Serikat dan Meksiko relatif tinggi sebesar 10,7% dan 3,5% terhadap total impor dunia, sementara pasar India memliki pangsa yang lebih rendah sebesar 1,6%.
Berdasarkan jenisnya, permintaan impor kertas terutama ditopang oleh kertas/karton, kardus dan kertas untuk keperluan grafik. Ekspor kertas/karton tidak dilapisi dan kardus Indonesia dapat terserap dengan baik di pasar dunia. Baik impor secara keseluruhan maupun impor kedua kelompok tersebut dari Indonesia sama-sama menunjukkan kenaikan terlihat dari nilai tren yang positif.
Produk kertas yang potensial bagi ekspor Indonesia adalah produk kertas/kardus lainnya seperti kertas untuk label dan piring/gelas kertas. Kelompok produk kertas/kardus lainnya memiliki tren impor yang positif, namun kinerja ekspor Indonesia untuk produk tersebut masih belum optimal terlihat dari tren nilai ekspornya yang negatif. Selain itu, potensi ekspor produk kertas/kardus juga masih terbuka lebar mengingat masih rendahnya impor dari Indonesia dibandingkan impor secara keseluruhan.
China, Jerman, dan Amerika Serikat merupakan tiga negara eksportir utama kertas di dunia dengan pangsa masing-masing sebesar 12,2%; 12,0%; dan 10,2%. Adapun posisi Indonesia berada pada urutan ke-14 dengan pangsa sebesar 2,3% terhadap total ekspor kertas dunia.
Sebagian besar ekspor dari negara pemasok kertas utama dunia memiliki tren penurunan selama 2011-2015, kecuali China dan Rusia. Selain memiliki pangsa ekspor yang tinggi, ekspor kertas China ke pasar dunia juga memiliki nilai tren positif yang cukup tinggi sebesar 10,7%. Hal ini menunjukkan bahwa China memiliki posisi yang sangat strategis dalam perdagangan kertas dunia.
Nilai ekspor kertas Indonesia tahun 2015 tercatat US$3.6 miliar. Selama lima tahun terakhir nilai ekspor kertas selalu menurun dengan persentase penurunan rata-rata sebesar 3,6% per tahun. Secara kumulatif Januari-Juni 2016, ekspor kertas Indonesia mencapai US$1,4 miliar, juga lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Jepang, Amerika Serikat, dan Malaysia merupakan pasar utama kertas Indonesia. Ketiga negara tersebut memberikan kontribusi sebesar 25,4% terhadap ekspor kertas Indonesia. Lebih dari setengah ekspor kertas Indonesia didominasi oleh jenis kertas menulis, cetak, dan keperluan grafik lainnya (pangsa 51,5%).
Amerika Serikat merupakan mitra penting dalam perdagangan kertas dunia seiring tingginya pangsa impor Amerika Serikat di pasar dunia. Seiring besarnya pangsa Amerika Serikat sebagai importir kertas utama dunia, ekspor kertas Indonesia ke negara tersebut juga menunjukkan kinerja yang baik. Selama 2011-2015, ekspor kertas Indonesia ke pasar Amerika Serikat mengalami kenaikan rata-rata yang cukup tinggi sebesar 7,6%.
Di pasar Amerika Serikat posisi Indonesia cukup menjanjikan dengan pangsa 2,4%. Selain itu, tren impor kertas dari Indonesia pun masih positif dan tinggi sebesar 8,3%, lebih tinggi dibandingkan negara pemasok lainnya. Pesaing utama Indonesia di pasar kertas Amerika Serikat antara lain Kanada (pangsa 39,6%); China (pangsa 19,6%); Meksiko (pangsa 6,1%); Finlandia (pangsa 5,0%), dan Jerman (pangsa 5,0%).
Ekspor kertas Indonesia ke pasar India mencapai US$123 juta dengan kenaikan rata-rata sebesar 18,3% per tahun selama 2011-2015. Selain itu, pangsa pasar India juga tergolong tinggi bagi ekspor Indonesia yakni sebesar 3,9%. Kondisi ini ditunjang oleh besarnya permintaan kertas tulis dan cetak di pasar India mengingat tumbuhnya tingkat konsumerisme dan sektor ritel, peningkatan belanja pemerintah India dalam hal pendidikan dan penggunaan bahan untuk dokumentasi (KBRI New Delhi, 2016).
Posisi Indonesia di pasar India cukup strategis dengan pangsa sebesar 5,2%. Selain pangsa yang cukup besar, tren kenaikan impor dari Indonesia pun tinggi sebesar 20,0%. Pesaing utama Indonesia di pasar India antara lain: China (pangsa 14,0%); Korea Selatan (pangsa 10,4%); Amerika Serikat (pangsa 9,5%); Rusia (pangsa 7,4%); dan Kanada (pangsa 7,2%).
Berbeda halnya dengan India, ekspor Indonesia ke pasar kertas Meksiko cenderung rendah dengan pangsa 0,7% terhadap total ekspor Kertas Indonesia. Di pasar Meksiko, pangsa impor dari Indonesia juga tergolong rendah dibandingkan negara pemasok lainnya hanya sebesar 0,4%. Selain itu, tren yang negatif menunjukkan bahwa impor dari Indonesia memiliki kecenderungan menurun dari tahun 2011 hingga 2015.
Pesaing utama Indonesia dalam menembus pasar kertas Meksiko antara lain: Amerika Serikat (pangsa 74,5%); China (pangsa 4,4%); Kanada (pangsa 2,7%); Jerman (pangsa 2,6%) dan Finlandia (pangsa 2,0%).
Posisi Indonesia di pasar kertas Amerika Serikat dan India sudah cukup strategis, namun Indonesia perlu mewaspadai pesaing lainnya di pasar kertas kedua negara tersebut, khususnya negara dengan pangsa dan tren nilai impor yang sangat tinggi, seperti China dan Korea Selatan. Sementara itu, posisi Indonesia di pasar kertas Meksiko pangsanya masih rendah dengan tren yang negatif. Oleh karena itu, upaya ekspor kertas ke Meksiko perlu lebih ditingkatkan
Penulis: Tjahya Widayanti, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan RI
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement