Citibank Indonesia mengakui pertumbuhan kredit tahun ini akan sulit tumbuh dua digit, namun jika dana repatriasi dari amnesti pajak sesuai ekspektasi pertumbuhan kredit diyakini dapat cemerlang.
CEO Citibank Indonesia atau Citi Indonesia, Batara Sianturi, di Jakarta, Rabu (28/9/2016), memperkirakan pertumbuhan kredit perusahaan itu akan sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia untuk industri perbankan di 7-9 persen.
"Kami juga lihat di angka itu (7-9) persen," kata Batara.
Menrut Batara, jika sektor riil perekonomian di sisa tahun tetap melambat, bank juga akan sulit menggenjot pertumbuhan kredit.
Saat ini, kata dia, nasabah individu dan korporasi masih menunggu (wait and see) dan berhati-hati untuk menarik pinjaman dari bank. Hal itu karena nasabah bank masih menunggu proses pemulihan perekonomian domestik.
"Kami melihat ada penurunan dari kredit, ini umum di semua perbankan. Data dari 'banking center' itu dibawah 10 persen, jadi memang mungkin korporasi itu masih 'wait and see'," ujarnya.
Akibat masih 'wait and see' itu, kata Batara, di kuartal III ini, nasabah individu maupun korporasi lebih memilih untuk memanfaatkan fasilitas pembiayaan ulang (refinancing) ketimbang mengajukan kredit baru.
Fasilitas "refinancing" dinilai mampu membuat arus keuangan perusahaan lebih sehat di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya.
"Jadi belum ada 'new money' untuk kredit modal atau kredit investasi," ujarnya.
Batara mengatakan perbankan menunggu implementasi sejumlah paket kebijakan ekonomi pemerintah, agar dapat menjadi stimulus bagi perekonomian.
Pelonggaran "7-Day Reverse Repo Rate" menjadi lima persen oleh Bank Indonesia juga diharapkan meningkatkan permintaan kredit.
"Bank mengikuti riil sektor saja. Kalau riil sektor satu digit ya mungkin kita satu digit. Insentif-insentif yang diberikan oleh pemerintah dan Bank Sentral bisa jadi faktor yang positif bagi korporasi," kata Batara. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement