Bailout Deutsche Bank, Bunuh Diri Politik bagi Merkel
Oleh: ,
Kelompok Analis Eurasia Group menilai mencuatnya spekulasi Deutsche Bank terkait pemberian suntikan dana talangan (bailout) oleh pemerintah Jerman merupakan suatu kesalahan.
"Spekulasi bahwa Berlin akan memberikan bailout untuk Deutsche Bank merupakan suatu kekeliruan, dan kesalahan dalam memahami aturan Uni Eropa mengenai penyelamatan perbankan, iklim politik dan kondisi permodalan bank," tulis Direktur Riset Eropa Eurasia Group Mujtaba Rahman, analis Federico Santi dan Charles Lichfield dalam laporan yang dipublikasikan pada Kamis (29/9/2016).
Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) menjatuhkan denda sebesar US$ 14 miliar kepada Deutsche Bank terkait dengan sekuritas hipotek. Denda yang merupakan rekor tertinggi tersebut merupakan pukulan terbaru bagi kreditor terbesar Jerman yang mana sejak krisis finansial global 2008 terus mengalami kemunduran.
Selain itu, Deutsche telah mengeluarkan uang miliaran dolar AS untuk membayar denda terkait manipulasi suku bunga dan pelanggaran sanksi-sanksi. Tidak hanya itu, Deutsche juga masih harus menjalani sekitar 8.000 kasus hukum serta restrukturisasi besar-besaran.
Deutsche Bank termasuk di antara lembaga keuangan besar yang dituding otoritas AS telah menyesatkan para investor mengenai valuasi dan kualitas sekuritas berbasis mortgage yang dijual sebelum krisis finansial global 2008.
Sebagian besar sekuritas tersebut tidak bernilai atau bodong sehingga menyebabkan kerugian miliaran dolar AS kepada para pemegang obligasi ketika pasar perumahan anjlok. Dampaknya sejumlah besar bank bangkrut dan menimbulkan resesi terburuk sejak era 1930-an di AS.
Hal tersebut menyebabkan munculnya spekulasi apakah pemerintah Jerman akan mendukung Deutsche, yang mana kejatuhannya bisa berakibat lebih luas untuk sistem perbankan global.
Kendati demikian, para analis Eurasia Group menyatakan meski spekulasi sedemikian heboh, bailout yang dikucurkan pemerintah Jerman untuk Deutsche Bank adalah sesuatu hal yang sangat tidak mungkin terjadi, dikarenakan oleh beberapa alasan.
Pertama, mereka mengatakan bahwa bailout bukanlah sebuah langkah yang bijak secara politik bagi Kanselir Jerman Angela Merkel, yang akan kembali mengikuti pemilu pada 2017 mendatang, meski dirinya belum memastikan apakah akan mencalonkan diri untuk yang keempat kalinya, namun yang pasti, partainya telah kehilangan banyak dukungan akibat kebijakan Merkel terkait masalah pengungsi.
Dalam kondisi seperti saat ini, menggunakan uang para pembayar pajak untuk memberi dana talangan kepada sebuah bank dapat memacu dukungan publik terhadap partai sayap kanan, Partai Alternatif untuk Jerman (Alternative for Germany /AfD). Bailout tersebut juga akan menguatkan gerakan Eurosceptic yang telah memenangkan suara dalam pemilihan umum negara bagian baru-baru ini, demikian menurut Eurasia Group.
"Bailout akan mendorong lebih banyak pemilih beralih ke AfD. Sekarang saja sudah muncul keraguan apakah Merkel masih akan menjadi CDU dan menjadi kanselir menyusul kekalahan partainya di Mecklenburg-Vorpommern dan Berlin. Menyuntikkan uang rakyat untuk menyelamatkan sebuah bank menjelang pemilihan umum tahun depan akan membunuh Merkel secara politik, karena masih banyak alternatif lain yang lebih baik," ujar para analis Eurasia, seperti dikutip CNBC di Jakarta, Minggu?(2/10/2016).
Eurasia Group menyatakan bahwa bail-in adalah skenario yang jauh lebih sesuai dengan aturan baru penyelamatan perbankan Eropa. Dalam bail-in ada kreditur yang akan menanggung kerugian sebelum dana publik digunakan untuk menyelamatkan lembaga keuangan.
"Bahkan dalam skenario terburuk denda oleh Departemen Kehakiman AS senilai US$ 14 miliar, kekurangan modal akan ditutupi melalui skema bail-in, ini akan menghindarkan penggunaan uang para pembayar pajak Jerman," kata Rahman, Santi dan Lichfield.
Menurut Eurasia, Deutsche Bank bisa mengkonversi 12 miliar euro obligasi "CoCo" untuk menutupi denda, kata Eurasia. Obligasi konversi bersyarat atau ?CoCos (contingent convertibles)? dikonversi menjadi ekuitas setelah terjadinya peristiwa tertentu.
Namun, para analis Eurasia mengingatkan bahwa bail-in juga bisa "menciptakan masalah politik bagi Merkel", sebab belum jelas benar siapa investor yang memegang instrumen keuangan CoCo. Siapa yang memegang saham Deutsche ?menjadi sangat penting bagi pemerintah Jerman, ?karena hal tersebut juga bisa menimbulkan perubahan arah politik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement