Menteri Pariwisata RI Arief Yahya beserta delegasi Kementerian Pariwisata dan Dubes RI untuk Spanyol yang juga perwakilan RI di UNWTO, Yuli Mumpuni Widarso, melakukan kunjungan kerja ke Markas lembaga PBB yang mengurus pariwisata UNWTO yang berkedudukan di Madrid Spanyol, Senin.
Dalam kunjungan kerja delegasi Wonderful Indonesia yang dipimpin Menteri Arief Yahya diterima Sekjen UNWTO Dr. Taleb Rifai, kata Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah Eropa Timur Tengah, Afrika dan Amerika, Nia Niacaya, London, Selasa (11/10/2016).
Menpar Arief Yahya menyampaikan capaian yang diraih oleh Indonesia untuk meraih target kunjungan 20 Juta wisatawan di tahun 2019, yang membuat Sekjen UNWTO terkaget-kaget, selain adanya sinyal dari Presiden Joko Widodo bahwa pariwisata bakal menjadi bisnis inti dan ulang pungggung perekonomian negeri ke depan.
Hal ini memompa spirit Mantan Dirut PT Telkom untuk melakukan berbagai terobosan serta berkalibrasi dengan lembaga-lembaga berkredibel dunia dengan deretan track record yang paling terpercaya diantaranya dengan World Economic Forum (WEF), lembaga yang mengeluarkan Travel and Tourism Competitiveness Index pada 141 negara di Geneva, Swiss.
Dalam kunjungan ke markas lembaga PBB yang mengurus pariwisata UNWTO di Madrid, Spanyol yang merupakan kunjungan kedua, setelah tahun 2015 lalu guna menjalin komunikasi aktif dan belajar dari kisah sukses dari banyak negara di dunia dalam mengelola pariwisata.
"Kami sudah ikuti resep UNWTO, dan kami ingin lakukan percepatan," ujar Arief Yahya.
Selama hampir dua tahun memimpin Kemenpar, pria asal Banyuwangi, dengan konsisten melakukan berbagai terobosan dan berkorporasi untuk mencapai targat 20 juta di 2019.
"Saya percaya, hanya Imajinasi dan Aksi yang bisa merubah dunia. Semangat yang tinggi akan mencari jalannya sendiri untuk sukses," ujarnya.
Lebih dari dua jam delegasi Kemenpar melakukan diskusi dengan serius namun dalam suasana keakraban di ruang pertemuan lantai 4 Gedung UNWTO yang dipimpin langsung Menpar Arief Yahya didampingi Dibes Yuli Mumpuni Widarso, yang juga perwakilan RI di UNWTO, Staf khusus Menpar Bidang Media, Don Kardono, Sesdep Pemasaran Mancanegara Kemenpar, Giri Adnyani, dan Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah Eropa Timur Tengah, Afrika dan Amerika, Nia Niacaya serta Setmenpar Ronald Pantun Mariso dan Kurniawan, staf Dubes RI di Spanyol.
Sementara Sekjen UNWTO Taleb Rifai, didampingi Executive Director for Operational Programmes and Institutional Relations, Mrcio Favilla (Brazil)-Executive Director for Technical Cooperation and Services, Zhu Shanzhong (China), Executive Director for Member Relations, Carlos Vogeler (Spanyol).
Selain itu juga hadir Executive Secretary of the General Assembly and the Executive Council and Regional Director for Asia and the Pacific, Mr. Xu Jing (China), Director of Tourism Market Trends Programme, Mr. John Kesler, Director of Sustainable Development of Tourism, Dirk Glaesser (Jerman) Programme Manager of Tecnical Cooperation, Marcel Leijzer (Belanda), Deputy Director of Regional Programme for Asia and The Pacific, Harry Hwang (Korea) dan Senior Programme Assistant of Regional Programme for Asia and the Pacific, Ms. Christine Brew.
Menpar Arief pun melaporkan tiga poin komitmen yang disarankan UNWTO saat kunjungan setahun silam yaitu soal Visa Free, Sustainable Tourism Observatory, dan Story Telling dalam mengembangkan destinasi pariwisata. "Semua sudah kami jalankan dengan baik, untuk mengejar target double," ujar Arief Yahya mengawali presentasinya.
Sekjen UNWTO Taleb Rifai mengakui target double dari 9,3 juta ke 20 juta, target yang sangat ambisius.
Menpar mengakui ini adalah target Presiden Joko Widodo, dan tidak banyak pilihan, kecuali harus berhasil, ujar Arief Yahya dengan optimis.
Ia pun menjelaskan soal tiga rekomendasi yang diminta UNWTO itu. Pertama, Visa Free Facilitation, atau Bebas Visa Kunjungan (BVK) dari 25 negara menjadi 169 negara.
"Dampaknya signifikan, kunjungan wisatawan Inggris naik pesat, ternyata bukan hanya dari Negara Inggris di Eropa. Tapi juga dari Singapore, Kuala Lumpur, Hongkong dan sekitarnya, karena mereka tidak perlu sulit sulit mengurus Visa," jelas Arief.
Kedua, soal Standar Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan yang berujung pada tiga daerah yang sudah diakui UNWTO, menjadi Sustainable Tourism Observatory (STO). Ketiga daerah itu adalah Pangandaran Jawa Barat bekerjasama dengan ITB Bandung, Kulonprogo dengan UGM dan Lombok Barat dengan Universitas Mataram NTB. "Terima kasih, kami sudah memperoleh pengakuan UNWTO, dan salah satu yang terbaik setelah China," ujar Arief Yahya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement