BI Kembali Melonggarkan Kebijakan Moneter Didorong Terjaganya Inflasi
Bank Indonesia untuk keenam kalinya pada 2016 melonggarkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,75 persen per Oktober 2016 karena dipicu terjaganya inflasi yang diperkirakan pada akhir tahun di rentang 3-3,5 persen.
"Hal itu juga disebabkan terus membaiknya defisit transaksi berjalan.Cukup menggembirakan di kuartal III-2016, kami perkirakan defisit transaksi berjalan di bawah dua persen dari Produk Domestik Bruto, lebih dari ekspetasi sebelumnya, begitu juga inflasi yang terkendali," kata Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Moneter Juda Agung di Jakarta, Kamis (20/10/2016).
Di dua bulan sisa tahun, kata Juda, peluang pelonggaran moneter masih terbuka. Indikator utamanya akan dilihat dari laju inflasi dan perbaikan defisit neraca transaksi berjalan, serta realisasi manfaat dari pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan. BI melihat pertumbuhan kredit perbankan di akhir tahun akan berada di 7-9 persen.
Juda meyakini inflasi di akhir tahun berada di bias bawah proyeksi BI sebesar empat persen plus minus satu persen, mengingat hingga September inflasi tahunan sebesar 3,07 persen (yoy). Di Oktober 2016, tekanan inflasi pun diperkirakan menurun.
"Inflasi tersebut cukup terkendali dan sesuai dengan pola historisnya. Kami perkirakan di bias bawah sekitar 3--3,5 persen," ujarnya.
Bank sentral juga melihat perbaikan pada defisit transaksi berjalan yang melebihi ekspetasi sebelumnya. Juda yakin defisit transaksi berjalan di kuartal III 2016 akan berada di bawah dua persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Hal itu karena kami lihat surplus neraca perdagangan terus berlanjut karena membaiknya harga ekspor komoditas primer dan menurunnya impor nonmigas," ujar dia.
Perbaikan neraca transaksi berjalan membuat BI optimistis neraca pembayaran Indonesia akan kembali surplus.
Juda menambahkan penurunan bunga acuan yakni bunga transaksi surat berharga berketetapan dengan tenor 7 hari (7-Day Reverse Repo Rate), pada bulan ini juga ditujukan untuk mendorong konsumsi domestik, termasuk permintaan kredit.
Di triwulan III 2016, imbuh Juda, BI melihat realisasi pertumbuhan ekonomi tidak sesuai perkiraan sebelumnya. Pasalnya, konsumsi masih terbatas, belanja fiskal juga belum begitu membaik, dan masih berlanjutnya kelesuan ekonomi global.
"Perbaikan investasi swasta, khususnya nonbangunan, diperkirakan masih belum kuat, sejalan dengan kapasitas produksi terpasang yang masih cukup besar.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2016 akan di kisaran 5,0 persen.
"Masih sekitar lima persen di kuartal III 2016. Agak sedikit dalam rentang itu, tapi bisa lebih rendah," ujarnya.
Sejalan dengan penurunan "7-Day Reverse Repo", bunga penyimpanan dana di BI (Deposit Facility) juga turun 25 basis poin menjadi empat persen, dan bunga fasilitas penyediaan dana dari BI ke perbankan (Lending Facility) turun 25 basis poin menjadi 5,5 persen. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement