Kredit Foto: Sufri Yuliardi
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengungkapkan rasio kredit terhadap pendanaan atau loan to funding ratio (LFR) akan turun setelah perseroan mendapatkan dana segar dari hasil penerbitan obligasi. Perseroan memang sedang melakukan proses penerbitan obligasi berkelanjutan II BRI Tahap I tahun 2016 dengan mengincar dana sebesar Rp7 triliun pada akhir November 2016.
Direktur Keuangan Bank BRI Haru Koesmahargyo mengatakan bahwa dengan masuknya dana tersebut akan melonggarkan ketersediaan likuiditas perseroan meski besarannya tidaklah siginifikan.
"Total Kredit yang kami salurkan pada akhir September Rp660 triliun, kalau masuk Rp7 triliun tinggal dibagi, ya paling menurunkan LFR satu persenan," ungkapnya di Jakarta, Rabu (26/10/2016).
Ia mengungkapkan bahwa pada sembilan bulan pertama tahun ini angka LFR perseroan berada pada level 89 persen. Sementara LDR (loan to deposit ratio) 90,7 persen pada akhir kuartal III-2016 sehingga dana segar itu akan mendukung pertumbuhan kredit.
Meski begitu, pihaknya tetap menargetkan pertumbuhan kredit di atas perkiraan pertumbuhan kredit perbankan nasional oleh Bank Indonesia sebesar 7-9 persen.
"Pada kuartal IV ini pertumbuhan kredit kami agak melambat, namun kami perkirakan sepanjang tahun 2016 pertumbuhan kredit BRI di antara 13-14 persen," terangnya.
Ia menjelaskan pertumbuhan kredit itu tetap ditopang pertumbuhan kredit sektor UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah). Sementara pertumbuhan kredit hingga akhir kuartal III-2016 sebesar 16,3 persen menjadi Rp603,5 triliun, khusus untuk segmen UMKM tumbuh 14,8 persen menjadi Rp435,2 triliun.
"Komposisi penyaluran kredit segmen UMKM 72,1 persen dari seluruh penyaluran kredit," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement