PT Pertamina (Persero) diyakini mampu meningkatkan produksi dan menahan laju penurunan alamiah Blok Mahakam dengan masuk dan berinvestasi lebih awal.
Pertamina sebagai operator Blok Mahakam setelah 2017 juga memberikan jaminan produksi gas yang dihasilkan akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, kata pengamat ketahanan energi dan staf pengajar geoekonomi Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), Dirgo Purbo di Jakarta, Jumat (28/10/2016).
Menanggapi keputusan pemerintah secara resmi menyetujui Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) untuk bisa berinvestasi lebih awal di Blok Mahakam, Dirgo mengatakan masuknya Pertamina ke Blok Mahakam lebih awal akan bisa menambah usia lapangan minyak (field life time) secara ekonomi komersial.
"Masuknya Pertamina tentu diawali dengan program-program peningkatan perawatan sumur juga menambah kegiatan pengeboran otomatis akan meningkatkan tambahan produksi dari lapisan-lapisan zona reservoir yang belum dikembangkan," ujar Dirgo.
Menurut dia, Blok Mahakam sangat penting untuk meningkatkan produksi gas nasional dalam memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Pertamina sebagai operator juga mempunyai peran strategis untuk lebih mengutamakan alokasi produksi bagi kebutuhan di dalam negeri.
"Dengan dikelolanya Blok Mahakam oleh Pertamina yang notebene kepanjangan tangan dari pemerintah, produksinya tentu akan lebih diutamakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri," tuturnya.
Untuk itu, lanjut Dirgo, Pertamina tentu harus diberikan dukungan penuh dalam mengembangkan Blok Mahakam. Dukungan yang paling penting adalah memberikan wewenang penuh kepada Pertamina untuk mengelola Blok Mahakam secara korporat layaknya industri migas multinasional.
Pemerintah secara resmi telah memberikan lampu hijau bagi Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Mahakam untuk bisa berinvestasi lebih awal di Blok Mahakam sebelum kontrak operator saat ini, PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation berakhir pada 31 Desember 2017.
Keputusan itu ditandai dengan persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Amendemen Kontrak Bagi Hasil Wilayah Kerja (WK) Mahakam.
Selain itu, amendemen ini juga dapat menjaga keberlangsungan produksi minyak dan gas bumi sekaligus memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan kegiatan pada Masa Alih Operasi WK Mahakam dari kontraktor eksisting ke Pertamina.
Amendemen Kontrak Kerja Sama (KKS) WK Mahakam antara lain berkaitan dengan pembiayaan yang dapat dilakukan oleh Pertamina atas kegiatan operasi minyak dan gas bumi yang diperlukan sebelum tanggal efektif yang pelaksanaannya dilakukan kontraktor eksisting.
Biaya yang dikeluarkan oleh Pertamina tersebut masuk dalam biaya operasi yang pengembaliannya dilakukan setelah tanggal efektif kontrak yakni 1 Januari 2018.
Direktur Hulu Pertamina, Syamsu Alam mengatakan Pertamina sudah mempersiapkan jauh-jauh hari untuk mengelola Blok Mahakam. Setelah ada keputusan pemerintah dan tandatangan PSC Mahakam akhir 2015, Pertamina fokus untuk melakukan proses alih kelola dengan sebaik-baiknya dengan menyusun tim transisi yang juga terdiri dari personel SKK Migas dan Total E&P Indonesie.
"Untuk menghindari adanya penurunan produksi yang tajam pada 2018, Pertamina memutuskan untuk mulai melakukan investasi di 2017. Pertamina memasukan program pengeboran sekitar 19 sumur di 2017 dan Total sebagai operator yang akan melakukan eksekusi," ujarnya.
Menurut Syamsu, sumur-sumur yang dibor tahun depan, baru akan diproduksikan mulai 2018. Ini salah satu upaya untuk menghindari penurunan produksi. Secara umum penurunan di blok Mahakam dapat dikurangi dengan menambah jumlah sumur pengeboran maupun workover. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement