Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Momentum Bonus Demografi Jangan Sampai Lepas

Momentum Bonus Demografi Jangan Sampai Lepas Kredit Foto: Wordpress.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bonus demografi atau disebut "demographic window" dalam bahasa Inggris, kerap didefinisikan sebagai keadaan ketika proporsi populasi kelompok usia pekerja mengungguli populasi kelompok non-usia pekerja.

Sementara Departemen Populasi PBB mendefinisikannya sebagai peridoe ketika proporsi anak-anak dan pemuda di bawah 15 tahun jatuh di bawah 30 persen populasi dan proporsi manula atau orang berusia di atas 65 tahun berada di bawah 15 persen populasi.

Kesempatan untuk mendapatkan bonus demografi biasanya berlangsung puluhan tahun, seperti benua Eropa diperkirakan mengalami hal tersebut pada periode tahun 1950-2000.

Kemudian, hal itu juga terjadi di Jepang mulai tahun 1965, Amerika Serikat mulai 1970, Hongkong dan Singapura mulai 1980, Korea mulai 1985, dan China mulai 1990.

Sedangkan di banyak negara kawasan Asia Tenggara seperti Brunei, Indonesia, Vietnam, mengalaminya mulai 2005, Malaysia mulai 2010, dan Filipina mulai 2015.

Masyarakat yang memasuki kondisi bonus demografi itu mendapatkan keuntungan yaitu rasio dependensi (ketergantungan terhadap populasi usia pekerja) sehingga berpotensi meraih pertumbuhan ekonomi tinggi karena meningkatnya investasi dalam aspek sumber daya manusia.

Namun, kesempatan tersebut juga dinilai bisa tidak dapat dimaksimalkan antara lain karena rendahnya partisipasi misalnya bagi kaum wanita dalam aktivitas perekonomian suatu bangsa, atau malah negara itu mengalami tingkat pengangguran yang tinggi.

Selain itu, setelah suatu negara mengalami bonus demografi juga kerap selanjutnya mengalami fenomena "ageing population" atau masyarakat yang menua seperti yang telah dialami di benua Eropa, yang juga dapat berujung kepada menurunnya populasi.

Misalnya di Jerman, yang merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di Uni Eropa, diperkirakan jumlah penduduknya akan menurun antara 65-70 juta pada tahun 2060 mendatang.

PBB juga menyatakan jumlah proporsi manula pada saat ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah umat manusia. Hal itu juga lumrah mengingat jumlah orang di atas usia 60 tahun telah meningkat tiga kali lipat sejak 1950, mencapai 600 juta orang pada 2020 dan melewati jumlah 700 juta pada 2006.

Pada pertengahan abad ke-21, diperkirakan jumlah populasi manula di seluruh dunia dapat mencapai jumlah hingga 2,1 miliar orang.

Untuk itu, sejumlah pihak juga telah mengingatkan bahwa Republik Indonesia perlu mengoptimalkan sebesar-besarnya manfaat momentum bonus demografi khususnya dengan meningkatkan tingkat kreativitas serta inovasi dari para pemuda di Tanah Air.

"Indonesia harus dapat memanfaatkan momentum bonus demografi sebaik-baiknya," kata Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny Rosalin dalam diskusi dalam rangka merayakan Hari Pemuda tanggal 28 Oktober 2016.

Menurut Lenny, pihaknya telah melihat langsung potensi pemuda Indonesia dan membantu fasilitasi berbagai inisiatif kepemudaan di berbagai daerah.

Dia mengemukakan bahwa hasilnya sungguh luar biasa sehingga para pemuda ternyata memiliki ide yang jauh lebih kreatif yang dipadu dengan semangat perubahan, sehingga muncul inovasi lokal yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat di tempat mereka tinggal.

"Ini menjadi bukti bahwa jika tumbuh kembang anak dipenuhi dengan baik sejak kecil, maka mereka akan menjadi generasi yang cerdas dan berdaya guna bagi bangsanya," katanya.

Lenny menyatakan upaya itu akan terus dilakukan sehingga generasi ini benar-benar membawa manfaat maksimal bagi negara kita pada saat ini dan masa yang akan datang.

BKKBN memperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020 hingga 2030, yang berarti sebuah keadaan yang dapat dinikmati oleh suatu negara akibat jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar (70 persen dari total penduduk atau sekitar 180 juta penduduk), dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan di atas usia 65 tahun) yang hanya berjumlah sekitar 60 juta jiwa.

Dengan kata lain, setiap 10 orang berusia produktif akan menanggung sekitar 3-4 orang berusia tidak produktif.

Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan, pemuda Indonesia harus menjadi motor dalam menentukan perubahan bangsa ini, terutama diselaraskan dengan bonus demografi.

"Dengan bonus demografi, harus menjadi kesempatan satu-satunya untuk memastikan percepatan pembangunan ekonomi Indonesia menjadi negara maju, sejajar dengan negara-negara besar lainnya," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dalam sambutan yang dibacakan Gubernur NTT Frans Lebu Raya pada peringatan Hari Sumpah Pemuda di Kupang, Jumat (28/10).

Menpora mengatakan di depan mata, ada MEA dan perdagangan bebas Asia dan dunia sehingga sudah saatnya pemuda membangun visi yang besar menatap dunia.

Tidak hanya bagi para pemuda, populasi manula juga perlu diperhatikan dalam rangka memberdayakan secara optimal bonus demografi tersebut.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan perlu disiapkan format layanan pemenuhan hak bagi orang lanjut usia (lansia) mengingat Indonesia akan memasuki bonus demografi pada 2030.

"Kita ingin mengingatkan kembali struktur penduduk di dunia akan menjadi struktur penduduk tua atau lansia, kebetulan Indonesia akan masuk bonus demografi, artinya kita sudah harus siapkan format layanan pemenuhan hak lansia," kata Mensos di Jakarta, Selasa (4/10).

Mensos dalam rangkaian peringatan Hari Lanjut Usia Internasional 2016 mengatakan pemenuhan hak terutama bagi lansia produktif serta pemenuhan kesejahteraan bagi lansia nonproduktif.

Dia mengatakan diperkirakan jumlah lansia di atas 60 tahun di Indonesia pada 2020 sudah melebihi 25 juta atau 11,3 persen dari jumlah penduduk.

Dengan kebijakan yang inklusif yang memperhatikan seluruh kelas dalam demografi di Tanah Air, dan arah aturan yang tepat, maka akan memperbesar kemungkinan bahwa momentum bonus demografi tidak lepas dari genggaman bangsa. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: