Badan Koordinasi Penanaman Modal terus melakukan upaya aktif meningkatkan investasi dengan menggelar promosi kemudahan berinvestasi di Sydney, Australia.
Dalam acara Afternoon Tea dan Business Gathering "State of The Nation: Update on Trade and Investment in Indonesia", sekitar 100 pelaku usaha Australia mengikuti acara yang diselenggarakan oleh kantor perwakilan BKPM di Sydney (IIPC Sydney) didukung oleh Kementerian Perdagangan, KBRI Canberra dan KJRI Sydney itu Minggu (7/11).
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (10/11/2016), kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala BKPM Thomas Lembong dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Tom, sapaan akrab Thomas, meyakinkan para pelaku usaha yang hadir bahwa situasi Indonesia kondusif sebagai negara demokrasi.
"Presiden Jokowi merupakan sosok paling reformis selama 15 tahun terakhir. Berbagai kegaduhan yang terjadi kemarin adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah proses perubahan," katanya.
Pemerintah terus melakukan reformasi ekonomi, perubahan pola pikir atau revolusi mental dalam birokrasi, deregulasi peraturan untuk lebih banyak menarik investasi, serta mendukung keberhasilan amneti pajak.
"Salah satu keberhasilan awal yang terlihat adalah perbaikan peringkat kemudahan berusaha Indonesia dari 106 pada tahun sebelumnya, menjadi 91. Kenaikan 15 peringkat dalam waktu satu tahun adalah lonjakan peringkat terbesar dalam sejarah Ease of Doing Business World Bank," katanya.
Mengenai komitmen pemerintah dalam negosiasi perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dengan target penyelesaian akhir 2017, Tom mengatakan fokusnya tidak hanya pada industri peternakan sapi dan infrastruktur, tapi juga termasuk jasa seperti pakaian, pariwisata, kesehatan, olahraga, dan pendidikan/pelatihan kerja yang sama-sama saling melengkapi antara kedua negara.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Duta Besar RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema, Chairman Asia Society's Australia Center Doug Ferguson dan Konsul Jenderal RI untuk New South Wales, Queensland, dan South Australia berkedudukan di Sydney Yayan Ganda Hayat Mulyana.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat menggenjot arus investasi dari Negeri Kangguru merujuk realisasi investasi dari Australia periode Januari-September 2016 yang hanya mencapai 145,6 juta dolar AS dengan 542 proyek. Posisi tersebut menempatkan Australia di peringkat 16 teratas dari sumber investasi yang masuk Indonesia. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement