Sulawesi Tengah sangat membutuhkan investor di bidang hatchery atau pembibitan udang (benur) untuk memenuhi kebutuhan daerah dalam memacu peningkatan produksi udang.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo mengatakan "Kita butuh benur sekitar 150 juta ekor setiap bulan dan sebagian besar bahkan hampir seluruhnya harus didatangkan dari luar daerah," katanya di Situbondo, Jumat (11/11/2016).
Kadis KP Sulteng didampingi Kadis KP Banggai Kepulauan Kusnan Lamonjong dan Kepala Seksi Perencanaan Program DKP Sulteng Saldyansyah berada di Situbondo untuk menemui Direksi PT. Central Pertiwi Bahari (CPB) Hatchery untuk mengajak bekerja sama mengembangkan hatchery di Sulteng.
Menurut Atjo, daerahnya saat ini membutuhkan sekitar 150 juta ekor benur setiap bulan dan semua kebutuhan itu harus didatangkan dari luar daerah seperti Makassar dan Jawa Timur.
Ketergantungan benur dari daerah lain menimbulkan berbagai risiko yakni kualitas akan menurun karena harus menempuh perjalanan yang jauh, suplai tidak tepat waktu dan biayanya akan lebih mahal sehingga hanya petambak besar yang mampu mengadakan benur. Karena itu, pihaknya mengajak CPB untuk bekerja sama mengembangkan hatchery di Sulteng agar kebutuhan benih tidak perlu lagi mendatangkan dari luar daerah.
"Dengan memproduksi sendiri benur di Sulteng, maka petambak-petambak tradisional dengan skala kecil juga akan terlayani kebutuhan benurnya sehingga usaha mereka bisa tumbuh kembali dan berkembang," katanya.
Dinas KP Sulteng, kata Atjo, akan menyediakan sarana dan fasilitas pembenihan dan PT CPB akan mengelolanya dengan teknologi modern termasuk membawa induk yang mereka kembangkan selama ini.
Atjo mengajak CPB karena perusahaan ini memiliki pengalaman, kemampuan memproduksi yang besar dengan teknologi modern serta memiliki usaha produksi induk udang vaname di Hawai, Amerika Serikat.
"Selain itu, CPB juga memiliki pabrik pakan sehingga kerja sama ini akan saling melengkapi dalam aspek benih dan pakan bermutu," ujarnya.
Sementara itu, Fry Production Coordinator PT CPB Fivi Najmushabah mengaku sangat tertarik dengan tawaran Kepala Dinas KP Sulteng untuk bekerja sama mengembangkan hatchery di Sulawesi Tengah.
"Kami akan segera mempelajari tawaran ini. Ini sangat menarik karena akan memberikan manfaat bai petambak udang skala kecil dan tradisional di Sulawesi Tengah," kata Fivi dan mengemukakan bahwa selama ini pihaknya merupakan suplaier benur yang cukup besar bagi petambak di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
PT CPB memiliki kawasan hatchery di Situbondo seluas 1,3 hektare dan disejumlah tempat lainnya seperti Lampung dan NTB dengan produksi benur antara 1,3 sampai 1,5 miliar ekor setiap bulan.
Sulawesi Tengah saat ini memproduksi sekitar 7.500 ton udang setiap tahun, dan akan dilipatgandakan dalam beberapa tahun ke depan, antara lain dengan replikasi secara lebih cepat teknologi budidaya supra intensif Indonesia udang vanamei.
Teknologi budidaya supra intensif Indonesia temuan DR Ir H Hasanuddin Atjo yang diluncurkan pada 2013 ini memiliki produktivitas 150 ton/hektare per musim panen, merupakan produktivitas tertinggi di dunia dewasa ini. (Ant).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Leli Nurhidayah
Tag Terkait:
Advertisement