Penguatan rupiah terus berlanjut pada triwulan III-2016 didukung sentimen positif dari domestik dan eksternal, namun sayangnya tertahan pada November akibat ketidakpastian ekonomi global pasca-pemilu AS. Selama triwulan III 2016 nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat sebesar 1,39% dan mencapai level Rp13.130 per dolar AS.
Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, penguatan nilai tukar rupiah terus berlanjut di bulan Oktober 2016 sebesar 0,71% dan ditutup di level Rp13.048 per dolar AS. Penguatan rupiah didukung oleh sentimen positif perekonomian domestik, seiring dengan kondisi stabilitas makroekonomi yang terjaga dan implementasi UU Pengampunan Pajak yang berjalan dengan baik.
"Selama kuartal III 2016 rupiah menguat rata-rata 1,39 persen dan mencapai level Rp13.130 per dolar AS. Penguatan ini terus berlanjut di Oktober menguat 0,71 persen dan ditutup di level 13.048 per dolar AS," ujar dia saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Dari sisi eksternal, penguatan rupiah terkait dengan meredanya risiko global, sejalan dengan semakin jelasnya arah kebijakan The Fed terkait FFR. Namun sejak awal November hingga 16 November 2016, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53% menjadi Rp13.378 per dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca Pemilu AS.
"Meski demikian, tekanan depresiasi yang terjadi pada rupiah relatif terbatas dibandingkan dengan tekanan yang terjadi pada mata uang negara emerging lainnya. Secara year to date (ytd) nilai tukar rupiah masih menguat 2,97%," ungkap Agus.
Ke depan, BI akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement