Sebanyak 940 rumah tangga di seluruh Kabupaten/Kota Provinsi DI Yogyakarta patut waspada. Dari hasil penelitian, 89% sumber air minum rumah tangga mengandung bakteri E-coli.
Kandungan E-coli ini diketahui setelah Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Bappenas, dan UNICEF melakukan Survei Kualitas Air (SKA) 2015 dengan mengambil sampel air dari sejumlah rumah warga.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan akses rumah tangga terhadap terhadap air minum layak di Yogyakarta cukup tinggi sebesar 81% atau lebih tinggi dari angka rata-rata nasional sebesar 71%. Namun sayangnya, sekitar 67,1% rumah tangga justru memiliki air siap minum yang terkontaminasi bakteri E-coli.
"Hal ini menunjukkan bahwa sumber air minum layak tidak selalu aman dari sisi mikobiologi," kata Suhariyanto saat menghadiri Sosialisasi Hasil Survei Kualitas Air 2015 di Jakarta, Selasa (22/11/2016).
Di sisi lain persentase sampel air minum yang terkontaminasi nitrat dan khlorida jauh lebih rendah. Hanya 6,3% sampel air minum tangga yang mengandung 50 mg/L nitrat, melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Bahkan, tidak ada sampel air minum rumah tangga yang mengandung khlorida di atas batas yang ditoleransi oleh Kementrian Kesehatan yaitu 250 mg/L sesuai Permenkes No. 492 Tahun 2010.
"Yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah tingkat kontaminasi fecal pada sumber air minum dan air siap minum rumah tangga lebih tinggi di perdesaan, rumah tangga miskin, dan berpendidikan rendah. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan masyarakat untuk mengakses air minum yang layak dan aman memiliki korelasi yang sangat erat dengan kemiskinan," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement