Presiden Korea Selatan Park Geun-hye telah meminta parlemen untuk segera memproses langkah yang memungkinkannya untuk mundur dari jabatan, menyusul berbagai skandal yang menimpanya.
Presiden Park menghadapi seruan untuk mengundurkan diri, ditengah penyelidikan untuk memastikan apakah ia membiarkan seorang sahabat lamanya turut menentukan pengambilan keputusan kepresidenan untuk kepentingan pribadi.
Park mengatakan bahwa ia mempersilakan parlemen untuk mengambil langkah apa pun terkait masa depannya termasuk memangkas masa jabatan, namun ia tidak ingin meninggalkan jabatan begitu saja yang menimbulkan kekosongan kekuasaan.
Parlemen akan membahas pada Jumat mendatang apakah Presiden Park harus menghadapi pemakzulan.
Beberapa partai penguasa mengatakan presiden seyogyanya mundur 'secara terhormat' sebelum prosesnya sampai pada pemakzulan. Namun kalangan oposisi menuduhnya sedang berusaha melarikan diri dari impeachment.
Park sebelumnya telah dua kali meminta maaf mealui saluran tv nasional dan mengatakan bahwa ia 'terguncang' oleh krisis politik yang terkait dirinya, namun menolak untuk mundur dari jabatannya.
Dalam pidato ketiganya yang disiarkan televisi pada Selasa (29/11), Park mengatakan ia akan turun dari jabatannya, "setelah para legislator menyepakati langkah pengalihan kekuasaan yang meminimalisasi kekosongan kekuasaan dan kekacauan dalam pemerintahan."
?Seorang juru bicara Partai Demokrat yang beroposisi, Youn Kwan-suk, mengatakan pidato tersebut hanya sebuah 'trik' yang 'tidak memiliki refleksi.'
?"Yang diinginkan rakyat adalah pengunduran diri segera, dan bukan mengulur waktu dan mengalihkan tanggungjawab ke parlemen," katanya kepada kantor berita Yonhap, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Selasa (29/11/2016).
Presiden Park berada dalam tekanan politik besar setelah seorang teman dekatnya, Choi Soon-sil, dituduh ikut campur dalam urusan negara maupun kehidupan pribadi presiden, seperti baju yang sebaiknya dikenakan.
Choi juga sudah didakwa karena menekan perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk memberi sumbangan senilai US$60 juta lebih ke yayasan-yayasan yang dikelolanya.
Pihak kejaksaan sudah menyatakan bahwa Presiden Park berperan dalam skandal korupsi yang melibatkan Choi namun presiden tidak bisa didakwa selama masih menjabat.
Selain itu, Choi, yang tidak memegang pejabatan resmi di pemerintahan, dibiarkan melihat dokumen rahasia dan pidato presiden melalui seorang ajudan. Bahkan Park mengakui ia telah membiarkan Choi mengedit pidato-pidatonya.
Choi telah ditangkap pada 3 November 2016. Ia didakwa dengan pasal penipuan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Tim Penyelidik Penuntutan Khusus juga telah menjatuhkan dakwaan kepada mantan sekretaris senior Presiden Park Ahn Jong-beom, dan ajudan presiden Jeong Ho-seong atas penyalahgunaan wewenang.
Skandal tersebut memicu aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat Korea Selatan yang memintanya mundur, sementara partai oposisi utama, Partai Demokrat, sepakat untuk menyiapkan proses pemakzulannya.
Aksi tersebut diperkirakan menjadi demonstrasi terbesar yang pernah digelar di Korea Selatan dalam satu abad terakhir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Rahmat Patutie
Tag Terkait:
Advertisement