Kepala Ekonom dan Strategi Investasi PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan, memperkirakan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau Federal Reserve akan naik sebelum 2017.
"Konsensus ekspektasi untuk kenaikan rate the Fed bulan Desember sekarang sudah 100 persen. Sebetulnya kalau nanti ada kenaikan (suku bunga) itu tidak lagi mengagetkan," ujar Katarina dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (7/12/2016).
Katarina mengasumsikan suku bunga acuan AS akan naik dua hingga tiga kali selama 2017 berdasarkan pernyataan-pernyataan the Fed dan peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 176 ribu orang di negara tersebut.
Ia memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan dari 0,5 menjadi 0,75 persen pada triwulan IV-2016.
Kenaikan tersebut akan berlanjut hingga menyentuh angka 1,25 persen pada triwulan IV-2017.
Meskipun mengakui rencana kenaikan suku bunga AS akan meningkatkan risiko dana asing keluar dari Indonesia, Katarina berpendapat fundamental ekonomi Tanah Air yang semakin membaik cukup kuat menghadapi goncangan eksternal.
"CDA (defisit transaksi berjalan) kita kecil, cadangan devisa meningkat tajam, pertumbuhan ekonomi membaik, dan inflasi terjada. Secara umum posisi kita jauh lebih baik dibandingkan pada 2013 saat terjadi taper tantrum," kata dia.
Pada akhirnya, menurut Katarina, investor akan mendasarkan keputusan investasinya pada kondisi fundamental ekonomi setiap negara sehingga besar kemungkinan modal asing yang keluar dari Indonesia yang tercatat Rp16 triliun pada pertengahan November 2016, akan masuk kembali.
Kuatnya ekonomi Indonesia juga didorong kebijakan Bank Indonesia (BI) yang antara lain mewajibkan seluruh transaksi di dalam negeri menggunakan mata uang rupiah serta ketentuan bagi PT Pertamina (Persero) untuk untuk mencukupi kebutuhan dolar AS melalui BI.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate tetap dipertahankan sebesar 4,75 persen untuk merespons ketidakpastian eksternal pasca-pemilihan presiden AS, meski ekonomi domestik masih tetap stabil.
"Kebijakan tersebut sejalan dengan kehati-hatian BI dalam merespon meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global pasca pemilihan umum di AS, di tengah stabilitas makroekonomi dalam negeri tetap terjaga," kata Agus.
BI juga mempertahankan suku bunga Depocit Facility tetap sebesar 4,00 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,5 persen.
Agus mengatakan pemulihan ekonomi global diperkirakan masih berlangsung lambat, karena meski perekonomian AS menunjukkan perbaikan yang tercermin dari PDB yang membaik dan tingkat pengangguran yang stabil, namun pertumbuhan Uni Eropa masih terbatas dan dibayangi risiko politik.
"BI akan terus mencermati perkembangan dalam masa transisi pemerintahan AS serta kebijakan yang akan ditempuh di AS, terutama terkait dengan kebijakan fiskal, suku bunga dan perdagangan internasional," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement