Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore (13/12/2016) bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp13.321, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.331 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan dolar AS mengalami pelemahan terhadap mayoritas mata uang dunia akibat harga minyak mentah dunia yang menguat.
"Harga minyak mendongkrak mata uang komoditas, salah satunya rupiah. Harga minyak naik setelah para produsen minyak utama mencapai sebuah kesepakatan untuk mengurangi produksi dalam upaya untuk meredam kelebihan pasokan global yang masih berlangsung," katanya.
Sementara itu, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa (13/12) sore ini bergerak menguat 0,42 persen menjadi 53,05 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude menguat 0,66 persen ke posisi 53,06 dolar AS per barel.
Kendati demikian, kata dia, penguatan rupiah relatif masih terbatas menjelang keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang diestimasikan menaikan suku bunganya.
"The Fed diperkirakan menaikan suku bunga pada pekan ini, situasi itu dapat membalikan laju dolar AS kembali menguat," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa sentimen mengenai data-data ekonomi Tiongkok yang relatif baik, secara tidak langsung menjaga fluktuasi rupiah.
"Tiongkok merupakan salah satu rekan daghang Indonesia, kondisi ekonomi Tiongkok yang membaik akan berimbas positif bagi ekonomi nasional," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.309 dibandingkan Jumat (9/12) Rp13.337. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement