Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pasar Berkembang Akan Tertekan oleh Kenaikan Suku Bunga AS

Pasar Berkembang Akan Tertekan oleh Kenaikan Suku Bunga AS Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Analis Forextime Lukman Otunuga mengungkapkan pasar berkembang akan rentan mengalami penurunan bulan ini. Hal tersebut dikarenakan pasar khawatir akan terjadinya peningkatan arus keluar modal sehubungan dengan spekulasi kenaikan suku bunga di tahun 2017.

Ia menuturkan dampak kenaikan suku bunga sudah terasa dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia (IHSG) secara umum di hari Rabu dan ditutup lebih rendah -0.99% persen. Dolar yang menguat karena membaiknya optimisme terhadap AS juga menekan mata uang pasar berkembang termasuk rupiah yang saat ini diperdagangkan di level 13480 terhadap dolar AS.

"Ekspektasi kenaikan suku bunga AS di tahun 2017 akan semakin meningkat sehingga pasar berkembang pun semakin tertekan. Khususnya di Indonesia, walaupun menguatnya dolar AS menjadi tantangan bagi rupiah, hasil program amnesti pajak yang menggembirakan sangat mendukung sentimen keseluruhan terhadap negara ini. Pasar semakin optimis bahwa PDB Indonesia akan meningkat di jangka waktu menengah dan panjang," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (22/12/2016).

Lebih lanjut ia menyebutkan peningkatan ekspektasi tentang kenaikan suku bunga di tahun 2017 mendongkrak apresiasi USD di kuartal terakhir ini. Di akhir tahun 2016 USD menjadi mata uang terkuat di antara mata uang mayor lainnya.

Sentimen terhadap USD tetap sangat bullish. Terbukti, USD mencapai level tertinggi baru dalam 14 tahun terakhir pada hari Selasa yaitu di atas 103.60 walaupun likuiditas musim libur tentu tidak setinggi biasanya. Agenda peristiwa ekonomi cukup lengang di hari Rabu, sehingga aksi harga mungkin menentukan posisi USD dengan investor intraday bearish mengeksploitasi break di bawah 103.00 untuk indeks dolar.

"Perhatian akan tertuju pada laporan PDB AS hari Kamis yang dapat sedikit menjelaskan tentang kondisi ekonomi terbesar dunia ini. Apabila data menggembirakan dan melampaui proyeksi 3,3%, investor bullish mungkin akan terinspirasi untuk mengantarkan indeks dolar ke level tertinggi baru dalam 14 tahun terakhir," tambahnya.

Sementara itu, prospek kenaikan suku bunga AS pun memicu rekor arus keluar modal di Eropa dan mendukung angan-angan paritas EURUSD. Walaupun angan-angan paritas Euro yang banyak dibicarakan ini mungkin tidak tercapai di tahun 2016, divergensi kebijakan moneter antara ECB dan Fed dapat menjadi alasan bagi investor bearish untuk membuat pasangan mata uang ini melemah di tahun 2017.

"Ketidakpastian masih akan terus menyelimuti Euro sehingga mata uang ini mungkin akan tetap lemah ke depannya. Trader teknikal dapat mengamati bagaimana USD yang menguat menekan support 1.035 dan breakdown yang kuat membuka jalan menuju paritas (1.000)," jelasnya.

Untuk kondisi emas, ia mengungkapkan, harga emas melemah di hari Selasa di kisaran US$1133.50 karena dolar yang menguat membatasi peningkatan harga emas. Pasar memperkirakan kenaikan suku bunga AS di tahun 2017 dan USD akan semakin menguat sehingga emas rentan mengalami penurunan tajam.

"Menjelang akhir tahun ini, trader akan memperhatikan reaksi logam mulia ini terhadap support intraday US$1125 yang apabila terlampaui dapat membuka jalan menuju penurunan lebih lanjut ke level US$1115," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: