Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar berupaya untuk mendongkrak perekonomian warganya dengan berbagai strategi. Salah satunya adalah dengan menggalakkan gerakan tanam cabai hingga ke lorong. Gerakan tersebut sejalan dengan program andalan pemerintah daerah yakni Badan Usaha Lorong (Bulo).
Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal menyatakan gerakan tanam cabai hingga ke lorong digagas sejak tahun 2016 lalu dan diharapkan menuai hasil manis pada tahun ini.
"Itulah salah satu cara kami untuk menekan inflasi. Selain itu, juga bisa meningkatkan nilai ekonomi masyarakat," kata Deng Ical-sapaan akrabnya di Makassar, Sabtu (14/1/2017).
Menurut Deng Ical, potensi produksi cabai di lorong-lorong Makassar cukup besar. Musababnya, setidaknya ada ribuan lorong di Kota Daeng yang menjadi kawasan padat penduduk. Bila tiap rumah bisa menanam 5-10 pohon saja maka produksi cabai bisa menembus ratusan bahkan jutaan kilogram.
Gerakan tanam cabai itu disinergikan dengan program Bulo yang terdiri atas lima tahapan rentang November 2016 hingga Desember 2017. Pemerintah tengah memproses usulan Calon Penerima Cabai Lorong Garden (CPCL) yang mencapai 10 ribu kepala keluarga. Diharapkan, pada tahap awal produksi cabai berkisar 300 ribu kilogram. Adapun, untuk pengembangannya ke depan produksi cabai diharapkan bisa melebihi satu juta kilogram.
Disinggung ihwal sempat melambungnya harga cabai di Makassar, Deng Ical menyebut murni karena mekanisme pasar. Menurutnya, sulit bagi petani atau pengumpul untuk menimbun ataupun menjual cabai lintas provinsi tanpa ada pembeli pasti.
"Usia cabai itu singkat alias cepat busuk," katanya.
Deng Ical melanjutkan keyakinan tidak adanya permainan kartel juga datang setelah melakukan pengecekan stok dan harga cabai di Indofood. Hasilnya, tidak ada lonjakan harga cabai yang signifikan dan stoknya mencukupi.
Lebih jauh, Deng Ical menuturkan Pemkot Makassar juga tidak berencana melakukan operasi pasar dalam waktu dekat. Pertimbangannya, harga pangan masih cukup stabil. Kenaikan harga pada beberapa komoditas strategis dinilainya tidak signifikan.
"Operasi pasar baru dilakukan bila stok dan pasokan jauh dari kebutuhan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement