Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex K Eddy optimistis produksi karet di daerah tersebut bakal terdongkrak pada 2017 karena pengaruh kenaikan harga.
"Jika harga terus membaik dan tren ini bertahan hingga akhir tahun maka Gapkindo optimitis Sumsel akan memproduksi melebihi 1 juta ton pada tahun ini," kata Alex di Palembang, Selasa (24/1/2017).
Harga karet alam di pasaran internasional telah menunjukkan tanda-tanda membaik sejak akhir tahun 2016 dan tren ini terus berlanjut hingga Januari 2017.
Gapkindo Sumsel mencatat saat ini harga jual karet di pasar dunia mencapai 2,009 US dollar per kilogram.
Harga ini naik sekitar 0,07 dolar AS pada penutupan diakhir tahun 2016 yang berada diangka 1,93 dolar AS per kg, atau Rp25.765 kurang ongkos produksi Rp2.500 menjadi Rp23.200 untuk harga 100 persen kering di pabrik.
"Tren harga karet alam di pasaran dunia sedang naik, dimana per Desember mencapai 1,93 dollar AS, sekarang sudah tembus diangka 2 dollar. Angka tersebut merupakan suatu harga yang sungguh mengairahkan kembali sektor karet," ujar Alex.
Gapkindo berharap tren positif ini terus berlanjut meski masih dikhawatirkan tidak bertahan lama karena diduga adanya permainan di bursa.
Namun, jika merujuk pada kenaikan pada Desember 2016 lalu, negara eksportir karet dapat optimitis pada 2017 karena kenaikan harga cenderung disebabkan kekhawatiran pembeli (pemilik pabrik ban) lantaran Thailand Selatan yang menjadi daerah sentra karet mengalami banjir.
Artinya, di pasaran internasional sedang tidak tidak kebanjiran pasokan seperti yang terjadi pada 2015-2016.
"Terlepas dari hal itu, harga karet ini sudah membaik meski belum tembus harga ideal seharusnya yakni 2,5 dollar AS per kg," kata dia.
Salah seorang petani karet di Desa Tirtosari, Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Sulastri mengatakan sejak sebulan terakhir atau sejak awal tahun harga stabil di kisaran Rp10.500 per kilogram.
Kenaikan harga ini disambut sukacita warga kampung karena sudah hampir tiga tahun terpuruk lantaran harga karet anjlok hingga sampai pada titik terendah yakni Rp5.000 per kg.
"Sebelumnya semua pada lesu, jalan-jalan kampung sepi. Kini sudah semarak lagi, mulai ramai, pada sibuk dengan berbagai kegiatan," ucap Sulastri.
Sulastri mengatakan sejak 2013, harga karet mulai bergerak turun dari harga terbaik sekitar Rp22.000 per kg pada 2011. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement