Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kebijakan AS Masih Belum Jelas Meski Hengkang dari TPP

Kebijakan AS Masih Belum Jelas Meski Hengkang dari TPP Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Amerika Serikat (AS) resmi menarik diri dari keanggotaan perjanjian perdagangan bebas di Trans Pacific Partnership (TPP). Hal ini sejalan dengan rencana kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump yang hendak memproteksi Negeri Paman Sam dari perdagangan global.

Menanggapi hal itu, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung menganggap keputusan tersebut masih belum jelas secara pasti. Pasar global masih menunggu kebijakan konkret Trump.

"Kebijakannya seperti apa market masih menunggu konkretnya akan seperti apa. Karena tentu saja, misalnya fiskal itu juga punya batasan-batasan, batasan defisit, batasan persentase utang dari publik. Kemudian juga dari sisi perdagangan tentu saja ini akan menjadi backlash (reaksi) bagi pertumbuhan ekonomi Amerika," ujar Juda di kantor BI, Jakarta, Rabu (25/1/2017).

Menurutnya, jika kebijakan proteksionis AS menjalar ke berbagai belahan dunia, hal tersebut akan berdampak pada volume perdagangan global. Ini yang menjadi perhatian BI, sebab perdagangan Indonesia dan negara-negara kawasan regional ASEAN dan Asia akan jauh terkikis.

"Kalau semua melakukan hal yang sama, AS melakukan proteksionis, Eropa melakukan hal yang sama, tentu ini akan berdampak pada volume perdagangan. Dulu katakan misalnya membuat produk bisa melalui supply chain perdagangan menjadi meningkat, dengan hal seperti ini, AS First misalnya, labour-nya dari dia, penggunaan bahan bakunya dari dia, tentu saja ini perdagangan akan turun. Ini yang mestinya menjadi perhatian kita bersama," jelas Juda.

Jika demikian, maka ke depan seharusnya Indonesia dan negara-negara ASEAN dan Asia harus meningkatkan perdagangan. Hal tersebut menjadi agenda Indonesia bila negara-negara dunia melakukan proteksionis perdagangannya.

"Mestinya ke depan (meningkatkan) perdagangan intraregional. Kalau AS melakukan proteksionis yang cukup ketat, artinya di regional Asia ini mestinya perlu ditingkatkan perdagangan intraregional. Ini yang menjadi agenda kita ke depan," pungkas Juda.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: