Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Sulsel: Sebaran Uang Palsu Terbanyak di Makassar

BI Sulsel: Sebaran Uang Palsu Terbanyak di Makassar Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan (Sulsel), Wiwiek Sisto Widayat, menyatakan sebaran uang palsu di wilayahnya terbanyak di Kota Makassar. Tercatat sekitar 90 persen dari total 2.288 lembar uang palsu ditemukan di ibu kota provinsi Sulsel sepanjang 2016.

"Kebanyakan memang di Makassar, bahkan mencapai 90 persen. Lalu diikuti Parepare (5,9 persen), Bone (2,5 persen), Pinrang (1,14 persen), Bulukumba (0,08 persen) dan lainnya," kata Wiwiek di Makassar, Rabu (25/1/2017).
Maraknya peredaran uang palsu di Makassar tidak lepas lantaran pusat perekonomian berada di daerah tersebut. Selain itu, banyaknya temuan uang palsu juga mengindikasikan?semakin cerdasnya masyarakat mengenali rupiah. Menurut Wiwiek, hal tersebut merupakan buah kerja keras atas massifnya sosialisasi rupiah ke seluruh elemen masyarakat. "Alhasil, konfirmasi dan laporan masyarakat meningkat," tutur dia.
Ribuan lembar uang palsu itu, Wiwiek mengimbuhkan ditemukan atas laporan masyarakat dan penemuan saat operasi kas keliling. Temuan uang palsu tidak masuk dalam pencatatan tata usaha BI. Temuan tersebut sebatas dikoordinasikan dengan kepolisian untuk proses penegakan hukum. "Uang palsu itu menjadi alat bukti yang akan digunakan untuk proses hukum," ucapnya.
Berdasarkan data BI, Wiwiek mengaku dari tahun ke tahun, temuan uang palsu di Sulsel mengalami peningkatan. Pada 2015, temuan uang palsu hanya berkisar 1.450-an lembar. Menurut dia, maraknya peredaran uang palsu diharapkan bisa diminimalisir dengan teknologi teranyar pada rupiah baru emisi tahun 2016.?
"Kami yakin teknologi sistem pengaman itu bisa meminimalisir pemalsuan uang. Sistem pengamanan itu membuat rupiah sulit untuk dipalsukan," ujar Wiwiek.
Rupiah baru yang diluncurkan pada 19 Desember 2016 dilengkapi 9-12 unsur pengaman. Di antaranya yakni gambar saling isi alias rectoverso, tinta berubah warna, gambar tersembunyi, cetakan kasar jika diraba, benang pengaman, gambar raster, mikro teks dan anti-copy.

Wiwiek mengimbuhkan kendati dilengkapi sistem pengaman canggih, pihaknya tidak bisa menjamin 100 persen tidak ada pemalsuan uang. Musababnya, para pelaku kejahatan pastinya terus berusaha mencari cara memalsukan rupiah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: