Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Persahabatan di Balik Tarian Barongsai Cilik dari Klenteng Kwan Kong

Persahabatan di Balik Tarian Barongsai Cilik dari Klenteng Kwan Kong Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Firdaus (11) bukanlah warga keturunan Tionghoa. Namun, murid kelas V SD Timur, Kecamatan Wajo, Makassar ini sangat menantikan perayaan Imlek yang jatuh pada Sabtu, 28 Januari. Bukan tanpa alasan, Firdaus ternyata tergabung di Yayasan Klenteng Kwan Kong sebagai pemain barongsai. Bersama 14 rekannya, Firdaus sudah tampil sekali. Hasilnya, atraksi mereka cukup memukau.
?
Firdaus mengaku banyak hal yang diperolehnya dengan menjadi pemain barongsai. Selain menerima pelajaran dan pengalaman berharga, ia juga mendapatkan banyak teman baru. Firdaus menyebut tidak pernah merasa tersisih, meski kebanyakan pemain barongsai adalah warga keturuan Tionghoa. Tak hanya itu, ia juga menerima honor meski nominalnya tidaklah seberapa.

"Saya dapatkan persahabatan di sini. Semuanya dilakukan bersama, baik itu berlatih maupun makan," kata dia, kemarin.

Bocah berkulit sawo matang ini menuturkan masih banyak hal yang ingin dipelajarinya ihwal tarian barongsai. Maklum, anak ketiga dari lima bersaudara ini terbilang masih baru. Firdaus mulai bergabung sejak awal tahun 2017. Tarian barongsai yang dikuasainya pun masih sebatas kelas lantai dan belum bisa melakukan atraksi lompat tiang.

Firdaus menuturkan rekan-rekannya dan pelatihnya, Awi (24) sangat membantu untuk belajar tentang tarian Barongsai. Dalam timnya tersebut, tercatat ada empat orang yang bukan warga keturunan Tionghoa. Namun, mereka tetap akrab dan membaur tanpa sekat.

Dalam atraksi barongsai, Firdaus menempati posisi bagian depan yang memegang kepala barongsai. Pelatih menempatkan dan melatihnya pada posisi tersebut karena postur tubuh Firdaus mungil sehingga mudah bergerak dan melompat.

Lebih jauh, Firdaus menceritakan ketertarikannya dengan barongsai tidak lepas dari pengaruh orangtuanya. Sejak kecil, ia kerap dibawa oleh orangtuanya menonton pertunjukan barongsai. Dari situlah Firdaus tertarik dan akhirnya bergabung Yayasan Klenteng Kwan Kong. Yayasan ini memang terbuka terhadap seluruh warga dan tidak membedakan antara warga? keturunan Tionghoa maupun yang tidak.

Pemain barongsai senior dari Klenteng Kwan Kong, Jefry (29), mengatakan barongsai merupakan budaya dan olahraga yang mesti dijaga. Ditegaskannya pula tidak ada ketentuan bahwa pemain barongsai haruslah warga keturunan Tionghoa. "Sifatnya terbuka, siapapun bisa bergabung dan berlatih bersama. Mari kita jaga kelestariannya," tutur dia.

Jefry mengatakan kebersamaan antar sesama pemain barongsai memang harus dijaga lantaran saat beraksi kekompakan merupakan harga mati. Itu penting mengingat atraksi barongsai membutuhkan kesatuan antar pemain dalam gerak. Tarian barongsai juga diakuinya membutuhkan fisik prima lantaran cukup menguras tenaga.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: