Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Gabah Bantul Anjlok Signifikan, Bulog Dievaluasi DPR

Harga Gabah Bantul Anjlok Signifikan, Bulog Dievaluasi DPR Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek merasa kecewa dengan Bulog. Menurut dia, Bulog dianggap tidak mampu menyerap gabah hasil panen petani dengan ketentuan harga pembelian pemerintah (HPP) anyar yang baru diberlakukan sebesar Rp6.500 per kilogram (kg).

Putri mantan Presiden Soeharto ini pun mengaku heran lantaran harga gabah di Bantul anjlok jauh di bawah HPP yakni Rp5.500 per kg. Dirinya pun menyayangkan hal tersebut lantaran bisa merugikan para petani.

Baca Juga: Wow! Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak Jadi Rp1.577.000 per Gram

Maka dari itu, pihaknya meminta dengan tegas agar Bulog segera menyerap gabah petani dengan mengacu pada ketentuan harga HPP.

“Kami dari DPR mengimbau agar Bulog segera melaksanakan fungsinya menyerap berapapun panen yang dihasilkan petani supaya kerja keras petani, dan bantuan-bantuan yang diberikan Pemerintah tidak sia-sia,” kata Titiek, dalam keterangannya, dikutip Kamis (16/1/2025).

Di sisi lain, dirinya pun mengapresiasi kinerja para petani serta respons cepat pemerintah dalam memberi bantuan sarana dan prasarana produksi. Pasalnya, langkah tersebut membuat rata-rata hasil panen saat ini menyentuh angka 7,7 ton per hektare (ha).

“Hari ini kita menyaksikan bahwa para kelompok tani sudah ada yang mendapat combine harvester, kemudian pupuk dan hari ini kami menyaksikan hasil panen yang cukup besar yaitu 7,7 ton perhektare,” kata Titiek.

Dalam keterangan yang sama, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan bahwa apabila Bulog tidak mampu melakukan penyerapan gabah petani secara optimal sesuai dengan ketentuan HPP, maka target swasembada pangan bisa bermasalah.

“Yang paling penting hari ini adalah serap gabah sebagai kunci untuk swasembada. Kenapa? Karena serap gabah bermasalah, target swasembada juga akan terancam,” ujar Amran.

Dia mengkalkulasi bahwa pembelian gabah jauh di bawah HPP, Rp5.500 seperti di Bantul, bisa menyebabkan kerugian besar hingga Rp25 triliun lantaran terdapat selisih sebesar Rp1.000 per kg.

“Selisih Rp1.000 itu besar karena rencana target panen kita 25 juta ton. Artinya apa? Petani bisa kehilangan pendapatan petani hingga Rp25 triliun. Tadi kita dengar langsung dari petani harganya Rp5.500. Artinya apa? Kalau selama 4 bulan ini panen puncak harganya di bawah HPP, ini bisa berdampak pada kerugian,” jelas Amran.

Lebih lanjut, masalah lainnya adalah anggaran sektor pangan yang diberikan oleh negara untuk para petani bisa habis dengan sia-sia. Oleh karena itu, Amran menilai jika satu-satunya jalan yang harus ditempuh saat ini adalah dengan cara penyerapan secara maksimal.

“Anggaran APBN yang sebesar kurang lebih 145 triliun itu akan sia-sia apabila serapannya Rp5.500. Karenanya peran Bulog sangat strategis, Bulog harus kerja keras untuk menyerap gabah petani karena ini adalah perintah Bapak Presiden yang tidak bisa ditawar. Wajib diserap selama gabah ada dan tidak boleh di bawah Rp 6.500,” ucap Amran.

Sejauh ini, imbuhnya, pemerintah telah memberi berbagai bantuan serta fasilitas sarana prasarana produksi yang cukup masif. Misalnya kenaikan volume pupuk yang mencapai 9,5 juta ton, serta bantuan benih dan normalisasi irigasi yang dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

Baca Juga: Investor Bimbang, Lemahnya Ekspor Akhirnya Tekan Harga CPO

“Alhamdulillah sekarang ini irigasi selesai, traktor, benih, pengolahan tanah, pupuk juga sudah diberesin. Jadi tinggal serap gabah yang perlu dilakukan,” kata Amran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: