Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan Wiwiek Sisto Widayat mendorong pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk memacu perekenomian lokal maupun nasional. UMKM, ditegaskannya, memiliki peran vital untuk memastikan perekonomian tumbuh dan berkembang.
"Mari mengembangkan UMKM, baik itu di Makassar maupun di daerah lainnya. BI akan mendukung dan siap memberikan support langsung," kata Wiwiek di sela-sela acara gerakan tanam cabai serentak sebanyak 10.600 pohon di Kompleks Perumahan Griya Tonasa, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulsel, Minggu (29/1/2017).
Wiwiek menerangkan BI senantiasa mendorong pengembangan UMKM dengan berbagai strategi. Musababnya, UMKM terbukti memperlihatkan kinerja yang baik, bahkan saat masa krisis tahun 1997/1998. Adapun, bantuan yang bisa diberikan BI berupa bantuan teknis, program kewirausahaan, edukasi keuangan, dan pengembangan klaster.
Bisnis cabai yang dicanangkan Pemkot Makassar melalui program Badan Usaha Lorong (Bulo), menurut Wiwiek, akan disokong pihaknya dengan pelatihan capacity building. Tak menutup kemungkinan, pihaknya juga memberikan bantuan dana untuk pengembangan usaha.
"Kita ajarkan soal budidaya cabai, kapan waktu tanam dan panen yang tepat," ujarnya.
Wiwiek mengharapkan gerakan tanam cabai serentak terus berlanjut dan betul-betul dikonversikan menjadi usaha. Bila berhasil di tanaman cabai, disarankannya pula untuk mencoba komoditas lain.
"Kalau berhasil maka kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi sekaligus meningkatkan kesejahteraannya," tutur dia.
Dalam gerakan tanam cabai serentak itu, BI Sulsel sekaligus memanfaatkannya untuk melakukan sosialisasi rupiah baru emisi tahun 2016. Tampak mobil kas keliling BI ditempatkan di lokasi penanaman cabai. Ia menegaskan isu gambar palu arit dan pencetakan uang di luar Perum Peruri adalah informasi yang menyesatkan.
Sementara itu, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto mengatakan konsep awal program Bulo yang salah satunya mengedepankan bisnis cabai akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Ia mengatakan tiap lorong di Makassar bakal memiliki kelompok kerja yang bisa dikategorikan sebagai UMKM. Hasil produksi cabai di tiap lorong itulah yang dibeli pihaknya untuk disalurkan ke pasar.
Menurut Danny, dana hasil penjualan cabai akan dibagi tiga. Rinciannya, 40 persen untuk tabungan pribadi, 30 persen untuk tabungan pendidikan, dan 30 persen untuk tabungan UMKM. Kendati demikian, tata kelola program tersebut masih terus dimatangkan dan meminta masukan dari BI Sulsel.
"Kita harapkan ada bimbingan soal sistem keuangan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement