Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masalah Personal, Alasan Rini Rombak Direksi Pertamina

Masalah Personal, Alasan Rini Rombak Direksi Pertamina Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan alasan pemberhentian Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang karena terkait masalah kepemimpinan kedua sosok tersebut yang dapat menganggu kestabilan perusahaan.

"Penggantian keduanya (dirut dan wadirut) terkait masalah personal. Dalam memimpin Pertamina, jika terjadi ketidakcocokan bisa membahayakan perusahaan," kata Rini di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (3/2/2017).

Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina memberhentikan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto yang digantikan Yenni Andayani sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina. Yenni saat ini juga menjabat Direktur Energi Baru Terbarukan (EBT) Pertamina. Bersamaan dengan itu, Rini juga memberhentikan Wakil Dirut Pertamina Ahmad Bambang.

Menurut Rini, sebagai pemimpin kedua-duanya harus mengenyampingkan masalah personal dalam menjalankan roda perusahaan.

"Maaf ya Pak Dwi, Pak Bambang, kalau kita punya tanggung jawab untuk perusahaan maka team work itu harus nomor satu. Jangan akhirnya perusahaan dipakai untuk kepentingan perorangan," tegas Rini.

Ia menjelaskan usulan pemberhentian disampaikan oleh Dewan Komisaris Pertamina yang mengindikasikan sistem kepemimpinan yang terdiri atas dirut dan wakil dirut di perusahaan migas nasional tersebut tidak tepat.

Padahal, menurut catatan, pembentukan adanya jabatan wakil direktur utama di Pertamina merupakan usulan dari dewan komisaris pada Agustus 2016 karena Pertamina dinilai membutuhkan direksi dalam jumlah banyak karena menangani proyek-proyek skala internasional dari hulu hingga hilir.

"Mereka (Pertamina) perlu ada konsentrasi dalam hillirisasi dan megaproyek. Jika dihitung bisa mencapai sekitar Rp700 triliun," ujarnya.

Ia membeberkan 2017 merupakan tahun yang sangat penting, banyak proyek yang harus diselesaikan mulai dari implementasi satu harga BBM, revitalisasi kilang Cilacap, peningkatan kapasitas kilang Balikpapan, kilang Dumai, refinery hingga pengembangan sumur-sumur migas di Indonesia.

Namun, kondisi belakangan tambah Rini, situasi kepemimpinan di Pertamina justru semakin tidak stabil tercermin ketika dalam pengambilan keputusan jika ada direksi yang tidak setuju maka ada yang jalan sendiri-sendiri.

"Padahal dalam penerapaan GCG (tata kelola perusahaan yang baik) bahwa keputusan direksi itu jadi tanggung jawab bersama, tidak bisa dipotong sendiri," tegas Rini.

Pada kesempatan itu, ia juga menegaskan keputusan mengganti Dwi dan Ahmad, sebelumnya sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

"Saya sengaja tidak mau komunikasi dengan keduanya (Dwi dan Bambang) karena secara GCG dewan komisaris sudah melakukan fungsinya. Karakter masing-masing yang tidak bisa kita baca," ujarnya. (Ant/CP/RS)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: