Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BRG: Negara Donor Siap Tambah Bantuan Hingga Rp1,6 Triliun

BRG: Negara Donor Siap Tambah Bantuan Hingga Rp1,6 Triliun Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Palembang -

Sejumlah negara donor sepakat memberikan tambahan bantuan untuk Indonesia, Brasil, dan Liberia guna pemulihan lingkungan dan peningkatan produksi pertanian senilai Rp1,6 triliun pada 2017 dalam bentuk hibah yang disandingkan dengan dana investasi.

Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead di Palembang, Rabu (8/2/2017), mengatakan Indonesia harus berjuang mendapatkan dana hibah plus investasi ini karena aliansi dari negara donor akan melihat negara yang memiliki program terbaik terkait pembagian alokasi bantuan.

"Dana ini beda dengan dana hibah satu miliar dolar AS yang sudah dikomitmenkan sebelumnya ke Indonesia. Ini tambahannya lagi, tapi untuk mendapatkannya harus berjuang dulu karena sifatnya satu paket, tidak boleh hibahnya saja yang diminta tapi investasi juga harus masuk," kata Nazir seusai bertemu dengan Gubernur Sumsel Alex Noerdin.

Ia mengatakan dalam World Economic Forum di Davos, Swiss, Januari 2017, para negara donor telah menyepakati komposisi pemberian bantuan yakni 1:5 untuk perbandingan antara dana hibah dan dana investor.

Sejauh ini negara donor yang diinisiasi Norwegia telah mengandeng dana investasi senilai 25 juta dolar AS dari Unilever, dan sejumlah bank internasional juga telah berkomitmen yakni Rabobank Belanda, UBS Swiss, BNP Paribas Prancis.

"Malahan para investor ini berani menjanjikan dana 1,6 miliar dolar AS sudah terkumpul pada 2020. Sedangkan untuk 2017 targetnya 400 juta dolar AS," kata Nazir.

Penyandingan dana investor ini tidak lepas dari keinginan untuk memperkecil bunga jika pada akhirnya bantuan terserap oleh petani yakni berkisar 1-4 persen saja.

Setelah negara donor membentuk lembaga keuangan aliansi (pengelola dana hibah dan investasi) pada Juli 2017 maka tiga negara ini juga harus membentuk lembaga keuangan serupa.

"Misalnya, Indonesia menunjuk salah satu bank, nanti bank ini yang akan mengelolanya secara profesional. Begitu pula dengan di daerah, kabupaten/kota yang ingin menyerap dana tersebut juga harus melalui perusahaan profesional yang independen. Jadi sistemnya bisnis to bisnis kemudian dialirkan ke petani," kata Nazir.

Sejauh ini, BRG telah memiliki rancangan program untuk ditawarkan agar dana hibah plus investasi itu dapat masuk ke Indonesia.

Salah satunya seperti yang sudah dilakukan di Kalimantan Selatan yakni pembukaan lahan sawah baru oleh investor pada lahan gambut tipis (kedalaman di bawah 1 meter).

Investor tersebut menanamkan modal Rp35 juta untuk mengolah lahan gambut seluas 1 hektare yang sudah mangkrak di Kalsel. Hasilnya, setelah terjadi perbaikan irigasi, investor yang bekerja sama dengan petani menghasilkan 6 ton gkg dalam dua kali panen.

Terkait ini, Gubernur Sumsel Alex Noerdin mengatakan apa yang dilakukan di Kalsel sangat mungkin dilakukan di Sumsel karena terdapat potensi pertanian pasang surut seluas 206.000 dan pertanian raqa lebak 226.000 yang hanya melakukan penanaman satu kali dalam satu tahun.

"Jika bisa penanaman satu kali ini dijadikan dua kali maka ini luar biasa, bukan hanya meningkatkan produksi padi tapi juga mencegah kebakaran lahan. Bagaimana caranya, bantu kami dengan alat mesin pertanian dan perbaikan infrastruktur irigasi,"kata Alex.

Kebakaran hutan dan lahan hingga kini masih masih menjadi ancaman bagi Sumsel. Salah satu penyebabnya karena pembukaan lahan dengan cara membakar karena dipandang sebagai cara paling praktis ditengah keterbatasan dana dan tenaga kerja.

"Bagaimana agar petani tidak membakar maka berikan alat pertaniannya, dan lakukan penanaman sepanjang tahun. Jangan biarkan lahan terbengkalai karena itu menjadi titik krusial," kata Alex. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: