Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sidak ke Pasar Makassar, Ketua KPPU : Harga Cabai Kian Pedas

Sidak ke Pasar Makassar, Ketua KPPU : Harga Cabai Kian Pedas Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Selain melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk memantau harga daging ayam, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M Syarkawi Rauf, juga menyempatkan diri mengecek harga cabai di Pasar Sudiang, Kota Makassar, Sulsel, Kamis (9/2/217). Syarkawi tampak kaget saat mendengar harga cabai kembali meroket menembus Rp140 ribu per kilogram.

"Wah, harga cabai semakin pedas ya," kata Syarkawi. Bahkan, alumnus Fakultas Ekonomi Unhas tersebut sempat mengulang pertanyaan kepada pedagang cabai, Maryati (61) untuk memastikan harga cabai tersebut.

Berdasarkan data Warta Ekonomi, harga cabai di Makassar memang sangat fluktuatif. Pada awal Januari, harga komoditas ini berkisar Rp100 ribu per kilogram. Lalu, sempat turun sekitar Rp50-70 ribu per kilogram. Kenaikan harga cabai dipicu kelangkaan pasokan akibat gagal panen dan panjangnya rantai pasokan dari petani ke pembeli.

Syarkawi mengatakan harga cabai di Makassar sangat variatif bergantung sumber pasokannya. Di tempat yang sama, ia menyebut ada pedagang yang menjualnya dengan harga Rp90 ribu. "Tadi di dalam jualnya lebih murah karena tangan kedua. Sedang yang ini sampai tangan ke empat. Tentu, semakin panjang rantai distribusinya maka harganya semakin mahal," tutur dia.

Menurut Syarkawi, untuk menjaga stabilitas harga cabai diperlukan sinergitas seluruh pihak untuk memangkas rantai distribusi yang teramat panjang. Selain itu, harus pula diatur waktu tanam agar pasokan cabai bisa terjaga. "Kalau pun ada penurunan produksi, tidak seharusnya membuat harga cabai menjadi di atas Rp100 ribu."

Disinggung penyebab kenaikan harga cabai, Syarkawi tidak menampik adanya dugaan kartel. Namun, hal tersebut mesti ditelusuri lebih jauh. "Dugaan adanya permainan bandar-bandar yang menguasai pembelian dari pengepul atau dari petani dan menguasai penjualan ke agen bisa saja terjadi. Itulah yang akan kita dalami," ucap dia.

Menurutnya, kenaikan harga cabai ini kerap kali tidak dirasakan keuntungannya secara signifikan oleh petani. Malah, petani cabai mesti mengeluarkan ongkos yang lebih besar tatkala musim hujan. Pasalnya, mereka harus lebih sering menyemprotkan vaksin agar tanaman cabainya tetap bertahan.

Pedagang cabai di Pasar Sudiang, Maryati (61), mengatakan pihaknya terpaksa menjual cabai dengan harga Rp140 ribu lantaran harga belinya mahal. Tiap kilogram, dia membeli Rp130 ribu pada pedagang besar di Pasar Terong. "Saya juga kan mau untung pak. Memang mahal, tapi ya mau bagaimana lagi," ucapnya.

Maryati mengatakan sebenarnya harga cabai pada kondisi normal hanya berkisar Rp50-70 ribu per kilogram. Namun, saat memasuki puncak musim hujan, harga komoditas tersebut memang selalu meroket karena banyaknya petani yang gagal panen. Kondisi itu membuat pasokannya jadi langka, sementara permintaan cukup tinggi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: