Mendengar Brownies Amanda, pasti Anda akan teringat dengan salah satu oleh-oleh khas Kota Bandung. Adalah ibu Sumi Wiludjeng yang meletakkan fondasi sejarah Brownies Amanda pada tahun 1999. Awalnya, kue ini diberi nama bolu cokelat yang dijajakan dengan sepeda ke rumah-rumah tetangga, kerabat, dan langganan oleh Joko Ervianto yang merupakan putra sulung ibu Sumi Wiludjeng.
Mulai merasa menemukan titik terang atas usaha yang dibangun, lahirlah nama Amanda untuk mempertegas identitas. Amanda sendiri bukan nama seorang perempuan. Amanda di sini sarat makna, yakni Anak Menantu Damai. Nama itu mencerminkan keharmonisan karena Amanda dibangun oleh anak dan menantu.
"Usaha ini dirintis oleh satu keluarga di mana sang ibu ingin anaknya itu melanjutkan usahanya maka dipilihlah nama Amanda yang berarti Anak Menantu Damai," kata Marketing and Promotion Supervisor Hilda Nathania Garcia kepada Warta Ekonomi di Bandung, Selasa (14/2/2017).
Selain dipasarkan di lingkungan keluarga, dahulu Amanda Brownies juga dipasarkan ke beberapa kantor mengingat almarhum suami Sumi bekerja sebagai pegawai PT Pos.
Sejak tahun 2000, Amanda Brownies sudah memiliki toko kue kecil di Jalan Metro Bandung, namun toko tersebut mengalami musibah kebakaran sehingga usaha keluarga tersebut mengalami kegagalan. Beberapa kali, tempat alakadarnya dicoba untuk berusaha terus memasarkan, namun usaha tak selalu berjalan mulus.
"Karena dulu tokonya kecil semuanya diproduksi di situ ketika terjadi kebakaran usaha kita habis," ujarnya.
Tokopun akhirnya pindah ke alamat Brownies Amanda baru di Jalan Tata Surya. Kerja keras mereka terbayar dengan semakin dikenalnya brand Amanda sehingga tempat usaha yang lama tidak lagi menampung jumlah pesanan sehingga harus pindah ke Jalan Rancabolang Bandung.
Bersamaan dengan dipatenkannya merek Brownies Amanda pada 2004 penjualan semakin laris-manis. Pesanan brownies setiap tahun tidak pernah turun bahkan jutaan dus dalam hitungan per tahun dipastikan ludes. Untuk penjualan di Jawa Barat, kenaikannya bisa mencapai 50 persen per tahun.
Beberapa strategi pemasaran di antaranya selain sering mengikuti berbagai event juga menggunakan model produk dengan sistem pengemasan yang disesuaikan perkembangan pasar, namun Amanda belum melakukan pemasaran secara online mengingat produk andalannya tidak tahan lama. Untuk di luar kota, sudah tersedia pabrik di masing-masing kota sehingga tidak terlalu jauh dari outlet pemasaran.
"Kita juga sering membuat event sejak 2009 yang secara tidak langsung mempromosikan produk Amanda," ujarnya.
Dalam menghadapi persaingan bisnis, Amanda menggencarkan inovasi hingga kini sudah memiliki 50 jenis produk. Salah satu produk terbarunya yaitu Green Tea Mint dan Bolu Pandan dengan kemasan yang besar seperti brownies original dengan harga yang lebih murah. Dibandingkan dengan produk lain, Amanda bisa membidik semua segmentasi konsumen. Selain mengandalkan produk brownies, Amanda juga membuat pastry, kue kering, dan bolu sehingga calon konsumen luar kota Bandung bisa membawa oleh-oleh makanan ke daerah asal.
Pengembangan karyawan dilakukan dengan cara merekrut dari beberapa event bursa kerja bahkan memasang iklan di media masa. Untuk menunjang kinerja, karyawan dijamin dengan menggunakan asuransi BPJS Kesehatan.
"Kita selalu mengikuti aturan pemerintah termasuk perizinan usaha," ungkapnya.
Perkembangan pelopor brownies kukus tersebut semakin tak terbantahkan lagi. Pada 2007 brownies Amanda menguasai pasar nasional. Bidikannya, saat itu adalah?Surabaya disusul Yogyakarta yang kemudian melebarkan sayap ke Medan. Kini, brownies Amanda sudah memiliki 100 outlet di seluruh Indonesia. Bahkan, imbuhnya, tidak mustahil Amanda bisa menembus pasar internasional.
"Sekarang hampir di setiap pulau ada outlet Amanda. Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement