Penurunan Nilai Aset Kredit Membengkak, Bank Permata Rugi Rp6,48 Triliun
Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Sepanjang tahun 2016, PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencatat rugi bersih sebesar Rp6,48 triliun. Padahal, di tahun sebelumnya perseroan masih mampu memperoleh laba bersih sebesar Rp247,11 miliar. Memang, di sepanjang tahun lalu pendapatan yang berasal dari bunga dan usaha syariah mengalami penurunan dari Rp6,19 triliun pada 2015 menjadi Rp5,88 triliun pada 2016.
Penurunan pendapatan bunga ini mampu ditutupi oleh pendapatan operasional lainnya yang meningkat menjadi Rp1,02 triliun pada 2016 dibanding setahun sebelumnya yang hanya Rp851,92 miliar. Alhasil, total pendapatan operasional anak usaha Astra International Tbk (ASII) ini hanya turun tipis menjadi Rp8,15 triliun di 2016 dibanding Rp8,34 triliun pada 2015.
Hal yang menjadi masalah besar pada kinerja keuangan 2016 bank ini adalah melonjaknya nilai kerugian penurunan nilai aset keuangan. Pada 2015 kerugian penurunan nilai tersebut tercatat hanya sebesar Rp3,67 triliun. Di 2016 nilainya melejit menjadi Rp12,20 triliun. Artinya, rugi akibat penurunan nilai aset keuangan tersebut meningkat 231,9%.
Manajemen BNLI, dalam penjelasan terkait laporan keuangan 2016, Kamis (16/2/2017), mengungkapkan kerugian penurunan nilai aset keuangan ini sebagian besar dikontribusikan oleh melonjaknya saldo rugi pada penurunan nilai kredit sebesar 273,8% dari Rp3,32 triliun menjadi Rp12,44 triliun.
"Bank menghadapi tantangan kenaikan NPL pada segmen commercial (middle market dan SME) sehingga bank harus mengalokasikan beban kerugian penurunan nilai yang signifikan," jelas manajemen Bank Permata dalam penjelasannya tersebut.
Hal lain yang membebani kinerja Bank Permata adalah meningkatnya beban operasional sebesar 4,6%? menjadi Rp4,57 triliun pada 2016 dibanding setahun sebelumnya sebesar Rp4,37 triliun. Alhasil, membengkaknya kerugian penurunan nilai ditambah peningkatan beban operasional tersebut membuat kinerja Bank Permata tahun buku 2016 jeblok signifikan, terutama dalam hal perolehan laba.
Yang menarik, catatan kinerja keuangan 2016 yang negatif tersebut berbanding terbalik dengan harga saham Bank Permata. Hingga akhir perdagangan Kamis, harga saham BNLI mencatat kenaikan lima poin atau 0,69% ke Rp725.
Namun pada pembukaan perdagangan pada hari ini, Jumat (17/2/2017), saham Bank Permata dibuka di harga Rp700 per saham turun 25 poin atau 3,44% dari harga penutupan kemarin. Tampaknya sentimen rugi inilah yang menyeret harga saham perusahaan ikut anjlok.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement