Persaingan usaha yang semakin ketat membuat Johanto, seorang pelaku usaha industri kecil dari desa Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, memutar otaknya agar bisa memenuhi kebutuhan hidup?keluarga. Usaha yang dimulai tahun 1992 ini dijalani oleh Johanto dengan cara?mencari ubi di semua daerah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.
"Karena susahnya mencari pekerjaan, saya ikut paman saya yang awalnya memang punya usaha pembuat opak, namun saat saya berumah tangga saya memutuskan untuk membuka pabrik usaha opak sendiri," katanya di Medan, Minggu (26/2/2017).
Dikatakannya, hampir semua anggota keluarga mempunyai?usaha pembuat opak sehingga diapun ikut meneruskan usaha ini. Awal usaha ini ia membeli ubi 1,2 ton dan dikerjakan tanpa menggunakan mesin, namun ia tetap optimis?hasilnya akan baik.
"Tantangan yang paling saya hadapi saat itu, modal saya kurang. Jadi, saya meminjam uang ke bank BNI 46 senilai Rp30 juta, mau tak mau saya harus lebih giat lagi untuk dapat membayar tiap bulan cicilannya dengan bunga 0,8 persen pertahun," ujarnya.
Namun, ia kembali dibuat pusing karena?salah satu anggota keluarga?menunggak pembayaran sehingga tak dapat meminjam untuk kedua kali. Cari-cari tahu, pihak bank BRI menawarkan pinjaman untuk pelaku UKM. Akhirnya, ia pun kembali terbantu.
"Sayapun meminjam ke BRI Rp40 juta, selama 18 bulan pembayaran, bahkan saya rencanakan akan meminjam lagi bila pinjaman ini selesai sebab akses pelanggan-pelanggan saya menggunakan Bank BRI. Jadi, lebih gampang," ujarnya.
Saat ini, dikatakannya, dengan modal yang dibantu oleh BRI ia bisa membeli mesin pencetak opak agar dapat mempermudah usahanya. Ditambah, 12 karyawannya semakin cepat mencetak opak dengan mesin yang ia beli seharga Rp30 juta.
Setiap hari Johanto dapat mencetak opak hingga tiga ton, selain di Sumut juga dipasarkan hingga keluar Sumut, seperti Jambi dan Bukittinggi, Sumatera Barat.
"Untuk Jambi seminggu kita antar tujuh ton, kalau Bukittinggi seminggu kita antar 5.300 kilogram dengan harga pabrik Rp5.300 perkilogram," ujarnya.
Dikarenakan, omzetnya dalam sebulan mencapai lebih dari Rp10 juta maka iapun ikut asuransi Generali untuk keluarga. "Saya ikut Generali?karena waktu itu ada yang datang tawarkan untuk masa depan keluarga saya, jadi saya terima dengan membayar Rp500 ribu perbulan," ujarnya.
Saat ini, Johanto sangat berkeinginan memiliki lahan sendiri untuk dapat menanam ubi sehingga tidak perlu menggunakan jasa orang lain untuk membeli ubi.
"Semoga cita-cita cita saya dapat terpenuhi untuk mempunyai lahan ini sendiri d idaerah tempat saya tinggal," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement