Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso, mengatakan, realisasi positif dan memberikan keyakinan bahwa inflasi Sumatera Utara di 2017 dapat dijaga pada kisaran sasaran inflasinya.
Deflasi tersebut sejalan dengan pola musiman panennya bahkan dengan level yang lebih rendah dibandingkan historisnya (rata-rata inflasi Februari 7 tahun terakhir tercatat -0,29%).
"Dengan perkembangan inflasi bulan sebelumnya (0,45% mtm) yang juga lebih rendah dari pola historisnya, hingga Februari Sumatera Utara masih mengalami deflasi 0,13% (ytd), "katanya Kamis (2/3/2017).
Dikatakannya, pasokan yang membaik mendorong deflasi kelompok volatile food sebagai faktor utama deflasi di Februari 2017. Kelompok volatile food (VF) pada Februari 2017 kembali mengalami deflasi sebesar -3,43% (mtm), jauh lebih dalam dari deflasi yang terjadi pada bulan sebelumnya (-0,57%, mtm).
"Realisasi ini sejalan dengan rata-rata historisnya selama 7 tahun terakhir yang mengalami deflasi sebesar -1,26% (mtm). Penurunan harga terutama terjadi pada cabai merah (-0,79%), seiring dengan masuknya musim panen di beberapa sentra produksi seperti Karo, Batubara, Mandailing dan Tapanuli Utara. Namun, harga ikan mengalami kenaikan karena berkurangnya pasokan akibat cuaca buruk, yang menjadi penahan deflasi yang lebih dalam,"ujarnya.
Dikatakannya, secara spesial, keempat kota IHK di Sumatera Utara mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga -1,34% (mtm), tertinggi kedua di Sumatera setelah Jambi yang deflasi sebesar -1,40% (mtm).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement