Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BMKG Prakirakan Fenomena Equinox Tak Lintasi NTT

BMKG Prakirakan Fenomena Equinox Tak Lintasi NTT Ruang pemantauan BNBP | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Kupang -

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan fenomena equinox yaitu matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa untuk sementara tidak akan melintasi wilayah Nusa Tenggara Timur.

"Sebetulnya fenomena ini terjadi pada tanggal 20 hingga 21 Maret dan 23 September 2017 saat itu karena posisi matahari tepat berada di atas khatulistiwa dan hanya akan melintasi beberapa provinsi di wilayah Indonesia, Kecuali Nusa Tenggara Timur dan beberapa wilayah lain di Tanah Air," kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kupang Hasanuddin kepaa Antara di Kupang, Kamis (16/3/2017) malam.

Wilayah yang akan dilintasi berdasarkan perkiraan BMKG antara lain Ternate, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat dan berakhir di Pulau Telo Sumatera Utara.

"Di Sumatera Barat, matahari mulai kontak dengan garis khatulistiwa pada 20 Maret 2017 pukul 10.51 WIB dan mulai meninggalkan garis khatulistiwa pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 16.39 WIB," katanya.

Ia lebih lanjut meneruskan siaran pers Humas BMKG Pusat yang menjelaskan bahwa equinox merupakan fenomena astronomi yang terjadi ketika matahari berada tepat diatas garis khatulistiwa.

Sehingga pada saat fenomena ini berlangsung, durasi siang dan malam di seluruh bagian bumi relatif hampir sama, termasuk pada wilayah subtropis di bagian utara maupun selatan.

Fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, karena equinox bukan merupakan fenomena seperti "heatwave" yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.

"Intinya Fenomena Equinox merupakan Fenomena Alamiah, sehingga beredarnya berita yang menyebutkan bahwa suhu udara di Indonesia dapat mencapa 40C pada saat equinox merupakan informasi yang berlebihan.

Karena secara harafiah Equinox adalah salah satu fenomena astronomi dimana Matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September.

Saat fenomena ini berlangsung diluar? bagian bumi hampir relatif sama, termasuk wilayah yang berada di subtropis bagian Utara maupun Selatan.

Keberadaan fenomena tersebut tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis, dimana kita ketahui rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia bisa mencapai 32-36C.

Equinox bukan merupakan fenomena seperti HeatWave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.

Menyikapi hal ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.

Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab/basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sdg memasuki masa/periode transisi/pancaroba. Maka ada baiknya masyarakat tetap mengantisipasi kondisicuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: