Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sebesar 5,4%

BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sebesar 5,4% Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menilai kondisi perekonomian kuartal I-2017 lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2016 mencapai 4,94%. Untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,0-5,4% (yoy).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan pertumbuhan ekonomi di awal tahun ini didorong oleh investasi yang meningkat di sisi lain tingkat konsumsi masih tinggi dan kinerja ekspor yang membaik.

"Investasi nonbangunan diperkirakan akan terus membaik tercermin dari berlanjutnya penjualan alat berat yang meningkat serta penjualan semen yang mulai tumbuh positif," kata Tirta di Jakarta, Kamis kemarin (16/3/2017).

Ia menambahkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tinggi sebagaimana terindikasi dari penjualan ritel yang tumbuh stabil dan ekspektasi konsumen yang positif. Sementara itu, kontribusi pemerintah terhadap konsumsi dan investasi cenderung membaik.

"Dari sisi eksternal, kinerja ekspor juga diperkirakan tetap meningkat seiring dengan kenaikan harga komoditas," tambahnya.

BI juga melihat pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan terus membaik, meskipun diliputi oleh sejumlah risiko yang perlu dicermati. Perekonomian global tetap tumbuh terutama didukung oleh perbaikan ekonomi AS dan negara-negara emerging serta harga komoditas yang meningkat.

"Ekonomi AS terus tumbuh didorong oleh konsumsi dan investasi, diikuti dengan ketenagakerjaan dan pendapatan yang membaik. Selain itu, harga komoditas dunia termasuk harga minyak dan komoditas ekspor Indonesia tetap meningkat," ujarnya.

Di sisi lain, sejumlah risiko global perlu terus diwaspadai, termasuk tekanan inflasi yang mulai meningkat di negara maju yang dapat memicu pengetatan kebijakan moneter di negara-negara tersebut.

Sementara itu, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) lebih lanjut akan berpotensi mendorong penguatan mata uang AS dan meningkatkan cost of borrowing. Permasalahan Brexit dan risiko geopolitik di sejumlah negara Eropa terkait menguatnya gelombang populism serta risiko penyelesaian utang Yunani dapat meningkatkan ketidakpastian global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: