Pemerintah menegaskan tidak akan menutup pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang sudah siap beroperasi. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia, Teten Masduki, di Jakarta.
Meski begitu, ia menuturkan bahwa pemerintah juga tetap akan memperhatikan keberatan pihak aktivis lingkungan dan sebagian petani yang menolak beroperasinya pabrik semen tersebut. Teten menggunakan istilah sebagian petani rembang, karena faktanya banyak petani yang mendukung berdirinya pabrik semen rembang.
Ia mengaku dalam sehari ini menerima dua perwakilan petani Rembang yang menolak dan yang mendukung beroperasinya pabrik semen milik BUMN tersebut. "Menghadapi pro dan kontra ini pemerintah akan memperhatikan kemanfaatannya bagi masyarakat luas, terkait dengan upaya peningkatan tarap hidup petani Rembang khususnya dan seluruh masyarakat umumnya," katanya.?
Menurut Teten, dengan adanya pabrik semen yang berkapasitas 3 jutan ton per tahun tersebut nantinya perekomian masyarakat akan bergerak dan hidup. "Aspek ini tidak boleh dikesampingkan," terangnya.
Ia mengharapkan, bagi kelompok petani yang menolak pendirian pabrik semen, diminta tidak menggunakan jurus atau dalil pokoknya ditolak. "Kalau ada yang kurang, win win solution-nya bagaimana? Dialogkan dengan baik, demi kemaslahatan masyarakat banyak," pesan Teten.
Menurut Teten, hasil pertemuannya dengan petani Rembang, baik yang menolak maupun yang mendukung akan disampaikan kepada Presiden Menteri BUMN. Pihaknya hanya akan menampung aspirasi masyarakat. Namun keputusan akhir tetap di tangan Presiden, setelah menerima masukan dari menteri terkait.
"Repot kalau di satu sisi pemerintah menggalakkan investasi, tapi di sisi lain ada yang ngerecoki," kata Teten Masduki seraya mengajak semua pihak berpikir jernih jangan terjebak pemikiran sesaat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Dewi Ispurwanti
Advertisement