Sembilan aktivis demokrasi Hong Kong diberitahu bahwa mereka akan ditangkap atas keterlibatan mereka dalam unjuk rasa prodemokrasi yang dikenal dengan ?gerakan payung? akhir tahun 2014 lalu dan didakwa karena menciptakan gangguan umum. Pemberitahuan oleh polisi tersebut disampaikan sehari setelah Carrie Lam terpilih sebagai Ketua Eksekutif Hong Kong yang baru.
Mereka yang akan didakwa termasuk tiga aktivis yang mengatur unjuk rasa yang disebut Occupy Central atau Duduki Pusat yang berlangsung di pusat kota Hong Kong dua tahun lalu dan menjadi payung dari gerakan prodemokrasi yang lebih meluas.
Tiga aktivis tersebut adalah Benny Tai, Pendeta Chu Yiu-ming, dan Dr Chan Kin-man. Sementara enam lainnya termasuk anggota parlemen dan anggota dari Federasi Mahasiswa Hong Kong. Menurut Dr Chan, dakwaan itu merupakan pesan yang 'keras' dari pemerintah.
"Carrie Lam mengatakan dia akan memulihkan masyarakat, namun pesan yang kami dapat hari ini adalah dakwaan. Saya tidak bisa melihat bagaimana retak-retak dalam masyarakat bisa diperbaiki," katanya kepada kantor berita Reuters.
Carrie Lam, pemimpin perempuan pertama Hong Kong yang pro-Beijing yang terpilih Minggu (26/03), mengatakan ingin 'menyembuhkan' perpecahan di wilayahnya.
"Saya ingin membuat jelas bahwa saya ingin mempersatukan masyarakat dan menjembatani perbedaan yang menyebabkan keprihatinan kita. Namun semua tindakan seharusnya tidak melanggar kekuasaan hukum di Hong Kong. Tindakan penuntutan dilakukan secara mandiri oleh Departemen Kehakiman," tegas Lam, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Selasa (28/3/2017).
Sekelompok kecil orang ditangkap dan didakwa tak lama setelah unjuk rasa dua tahun lalu tersebut. Polisi Hong Kong menolak memberikan komentar atas kasus itu dan alasan dakwaan namun mengukuhkan para pegiat bersangkutan diminta untuk datang ke kantor pusat kepolisian untuk didakwa.
Lam akan resmi bertugas pada 1 Juli mendatang, pada peringatan 20 tahun pengalihan Hong Kong dari Inggris ke China, dan Presiden China diperkirakan akan berkunjung ke Hong Kong dalam peringatan peralihan kekuasaan tersebut, yang diduga akan memicu unjuk rasa.
Aksi protes sebagian warga Hong Kong menentang kebijakan pemerintah terkait pemilihan kepala daerah yang dimulai pada September 2014 itu kemudian secara luas dikenal sebagai "Gerakan Payung". Tidak ada yang menduga jika payung yang awalnya dibawa para pengunjuk rasa Hong Kong untuk melindungi diri dari gas air mata kemudian lekat menjadi simbol aksi tersebut.
"Gerakan Payung" adalah salah satu aksi politik yang cukup mendapat sorotan dunia internasional sepanjang 2014 ini mengingat peristiwa tersebut terjadi di China, sebuah negara yang telah lama dikenal dengan pemerintahan Partai Komunis yang kuat.
Para pengunjuk rasa tersebut menyerukan pemilihan umum yang sepenuhnya bebas untuk memilih pemimpin Kota Hong Kong pada 2017, namun Beijing bersikeras hanya akan mengizinkan pemilihan umum bebas bagi kandidat yang telah diseleksi sebelumnya, suatu sikap yang dicurigai oleh demonstran sebagai cara untuk menempatkan kandidat pro-Beijing.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement