Pelaku Industri Waspadai Kenaikan Harga Jelang Negosiasi Brexit
Kalangan petani, supermarket, dan pemasok makanan di Inggris meminta Perdana Menteri Theresa May untuk mengamankan kesepakatan perdagangan bebas setelah Inggris memutuskan keluar dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit). Para pemimpin industri tersebut mengatakan, jika kesepakatan tidak dapat dijaga, maka dapat membahayakan pasokan makanan dan minuman di Inggris, serta mengakibatkan harga melambung tinggi.
Serikat Petani Nasional (NFU), Federasi Makanan dan Minuman (FDF), dan Konsorsium Ritel Inggris (BRC) mengeluarkan pernyataan gabungan terkait perjanjian perdaganan jelang negosiasi Brexit. Sementara secara terpisah kelompok teknik EEF mengatakan dibutuhkan kesepakatan yang dapat mempengaruhi semuanya.
PM May didesak untuk memastikan tarif yang lebih tinggi tidak dikenakan kepada produk impor dan ekspor, karena meskipun sebagian besar industri tersebut berbasis di Inggris, tapi operasi mereka tidak dapat diisolasi. "Uni Eropa adalah sektor utama dan mitra perdagangan terbesar kami," ucap Kepala eksekutif EEF Terry Scuoler, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Kamis (30/3/2017).
Dia menambahkan bawa jika kembali kepada peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), hal itu akan menjadi pukulan keras bagi beberapa sektor. "Saya berjuang pada gagasan apakah perjanjian perdagangan bebas terbaik di dunia. Aturan WTO mungkin sebagai cadangan, tetapi aturan WTO sangat bervariasi, baik itu untuk produk otomotif atau sparepart hingga produk-produk pertanian," tambahnya.?
PM May sendiri telah memulai proses meninggalkan Uni Eropa pada Rabu (29/3/2017) kemarin. May akan menndorong 50 pasal kesepakatan, setelah Inggris memiliki waktu dua tahun untuk menyelesaikan persyaratan keluar dari Uni Eropa.
Dalam surat bersama, NFU, FDF dan BRC meminta menteri untuk memastikan bahwa mereka terus menikmati perdagangan bebas tarif dengan Uni Eropa. Direktur Jenderal BRC Helen Dickinson menilai, blok Uni Eropa sejauh ini merupakan mitra dagang terbesar di Inggris untuk makanan.
''Untuk menjaga harga rendah untuk konsumen, sangat penting kita tidak memiliki tarif baru dan kami mempertahankan gerakan gesekan barang dan menempatkan konsumen di jantung persoalan ini,'' katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Dewi Ispurwanti
Tag Terkait:
Advertisement