Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan Wiwiek Sisto Widayat mengatakan deflasi sebesar 0,18 persen pada Maret 2017 didukung oleh lima kota Indeks Harga Konsumen IHK di Sulsel. Kota Parepare mencatat deflasi tertinggi sebesar 0,45 persen. Adapun, ibu kota provinsi yakni Makassar mengalami deflasi terendah sebesar 0,16 persen.
"Deflasi pada Maret di luar dugaan karena proyeksi awal terjadi inflasi. Ternyata, semua daerah di Sulsel mencatat deflasi dan tertinggi di Kota Parepare. Ini patut disyukuri karena deflasi datang lebih awal dan semoga bisa dipertahankan, meski ada tantangan-tangan ke depannya," kata Wiwiek saat merilis perkembangan kondisi ekonomi dan perbankan di Menara Bosowa Lantai 11, Makassar, Selasa (4/4/2017).
Berdasarkan data yang dihimpun Warta Ekonomi, deflasi sebesar 0,45 persen yang diraih Kota Parepare bukan hanya tertinggi di Sulsel, melainkan di Pulau Sulawesi. Dari 11 kota IHK di Pulau Sulawesi, empat kota mencatat inflasi yakni Palu, Manado, Gorontalo dan Bau-bau. Adapun tujuh kota lainnya yang mengalami deflasi adalah Parepare, Mamuju, Palopo, Kendari, Bone, Bulukumba, dan Makassar.
Menurut Wiwiek, Sulsel mengalami deflasi karena didukung penurunan harga kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Komoditas penyumbang deflasi pada Maret 2017, kata Wiwiek, antara lain yaitu ikan bandeng (0,25 persen), daging ayam ras (0,088 persen), beras (0,07 persen), dan tarif pulsa ponsel (0,06 persen).
"Di sisi lain, komoditas penyumbang inflasi di Sulsel pada Maret 2017 yakni tomat sayur (0,09 persen), rokok kretek filter (0,06 persen), dan cabai rawit (0,06 persen). Kalau ini bisa dikendalikan, tentu laju inflasi pada bulan-bulan berikutnya dapat lebih ditekan," tutur dia.
Menurut Wiwiek, deflasi yang terjadi pada Maret 2017 tidak lepas berkat kerja keras pemerintah dan BI yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Sepanjang Februari-Maret, pihaknya telah melakukan pelbagai kegiatan untuk menjamin stabilisasi harga di antaranya dengan pemantauan harga secara harian melalui Sistem Informasi Harga Pangan (Sigap) Sulsel.
"Pembentukan desk TPID telah dilakukan dan sudah disusun roadmap TPID level zona. Bahkan, rapat teknis sudah dilakukan sebanyak lima kali. BI akan terus mengintesifkan kinerja desk TPID dan pemantauan harga demi stabilisasi harga, khususnya melalui sistem Sigap. Bila dibutuhkan, kami akan melakukan sidak dan operasi pasar," pungkas Wiwiek.
Sebelumnya, Kepala Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Nursam Salam menyatakan Sulsel mengalami deflasi sebesar 0,18 persen dengan IHK sebesar 127,84 persen pada Maret 2017. Capaian Sulsel itu terbilang hebat mengingat seluruh kota IHK-nya meraih torehan positif.
Secara keseluruhan di tingkat nasional, Nursam mengatakan dari 82 kota IHK, 33 kota mengalami inflasi dan 49 kota mengalami deflasi. Nursam mengimbuhkan laju inflasi kalendar (Januari-Maret 2017) untuk Sulsel sudah mencapai 1,69 persen. Adapun laju inflasi year on year (Maret 2017 terhadap Maret 2016) tercatat sebesar 3,42 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement