Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fokus ke Sektor Prioritas, Target Pertumbuhan Ekonomi Diyakini Tercapai

Fokus ke Sektor Prioritas, Target Pertumbuhan Ekonomi Diyakini Tercapai Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Kupang -

Pengamat ekonomi Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Thomas Langoday optimistis Rencana Kerja Pemerinah (RKP) 2018 yang fokus pada sektor prioritas akan mendorong ekonomi pada kisaran 5,4-6,1 persen, atau pada titik 5,6 persen.

"Hal ini jika didukung dengan penguatan perencanaan berbasis kewilayahan yang dilakukan dengan penyusunan proyek prioritas hingga rinci rencana lokasi pembangunan dan penguatan integrasi sumber pendanaan, sehingga hasil pertumbuhan pertumbuhannya nyata," katanya di Kupang, Kamis (27/4/2017).

Langonday mengatakan hal itu menanggapi Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro terkait sektor prioritas dan dampaknya bagi pertumbuhan dalam kegiatan Musrenbangnas yang dilaksanakan 26 April hingga 9 Mei 2017.

Dalam rancangan RKP 2018, pertumbuhan ekonomi 2018 diharapkan dapat mencapai kisaran 5,4-6,1 persen, atau pada titik 5,6 persen. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah fokus pada enam sektor utama yang memiliki sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan, yaitu industri pengolahan terutama non migas, pertanian, perdagangan, informasi dan komunikasi, konstruksi, serta jasa keuangan.

Pada 2018, pembangunan difokuskan pada tiga sektor prioritas yang akan ditingkatkan peranannya terhadap pertumbuhan dan penciptaan lapangan pekerjaan yakni industri pengolahan, pertanian, dan pariwisata. Sementara itu, konsumsi dan investasi tetap harus menjadi pendorong pertumbuhan.

Di NTT kata dia, sektor pertanian dan pariwisata oleh Pemerintah Daerah setempat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sehingga kemungkinan untuk meredisain lagi membutuhkan waktu, sementara masa jabatan berakhir Juni 2018, kecuali untuk kepemimpinan selanjutnya di daerah berbasis kepulauan itu.

Pada sektor pertanian yang tengah digulirkan dengan tekad menjadi "NTT sebagai provinsi jagung" dipandang hasilnya belum maksimal karena masih membutuhkan waktu untuk mencapainya. Bahkan oleh BPS setempat mencatat pada triwulan I-2017 sektor Pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyumbang angka kemiskinan.

Karena sebagian besar masyarakat desa hidup dari bertani dengan sistim teba bakar serta mengabaikan pola pertanian yang modern dan berorientasi pasar. Hal ini terjadi karena mayoritas orang NTT memilih mengkonsumsi nasi ketimbang produk atau pangan lokal yang ada dan dimiliki daerah yang berkarakteristik iklim semi arid dan cocok untuk mengembangan sektor pertanian.

Di sektor Pariwisata kata Langoday, Nusa Tenggara Timur memiliki potensi pariwisata menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: